Makalah Rasionalisme
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
abad ke-13 di Eropa sudah muncul sistem filsafat. Sistem ini diajarkan
disekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Di abad ke-14 muncullah aliran yang
dapat dinamai pendahuluan filsafat modern. Yang menjadi dasar aliran baru ini
ialah kesadaran atas individual yang kongkrit.
Tak
dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, di era filsafat modern,
dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20, muncullah berbagai aliran
pemikiran, yaitu: Rasionalisme, Emperisme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme,
Evolusionisme, Materalisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup,
Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
Namun
di dalam pembahasan makalah kali ini yang akan dibahas oleh penulis adalah
aliran Filsafat Resionalisme (rene Descartes, spiniza, Leibniz).
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
arti rasionalisme ?
2. Siapa
tokoh-tokoh rasionalisme ?
3. Apa
implikasi Aliran Rasionalisme Terhadap Dunia Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Arti
Rasionalisme
Secara
etimologis Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism. Kata ini
berakar dari kata bahasa Latin ratio yang berarti “akal”. A.R. Lacey
menambahkan bahwa berdasarkan akar katanya Rasionalisme adalah sebuah pandangan
yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran.
Sementara itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran yang
berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan.
Ia menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului
atau unggul atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi.
Rasionalisme
atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran
haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan
fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama.
Rasionalisme
mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan
atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi
diskursus sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul.
Meskipun begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk tersebut: Humanisme
dipusatkan pada masyarakat manusia dan keberhasilannya.
Rasionalisme
tidak mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah
lainnya. Ada rasionalis-rasionalis yang dengan tegas menentang filosofi
humanisme yang antroposentrik. Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan
akan adanya Tuhan atau dewa-dewa; rasionalisme tidak menyatakan pernyataan
apapun mengenai adanya dewa-dewi meski ia menolak kepercayaan apapun yang hanya
berdasarkan iman. Meski ada pengaruh atheisme yang kuat dalam rasionalisme
modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.[1]
B.
Tokoh-tokoh
Rasionalisme
1. Rene
Descartes ( 1596- 1650 M )
Descartes disamping tokoh rasionalisme juga dianggap
sebagai bapak filsafat, terutama karena dia dalam filsafat-filsafat
sungguh-sungguh diusahakan adanya metode serta penyelidikan yang mendalam. Ia
ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran.
Ia yang mendirikan aliran Rasionalisme berpendapat
bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercayai adalah akal. Ia tidak puas
dengan filsafat scholastik karena dilihatnya sebagai saling bertentangan dan
tidak ada kepastian. Adapun sebabnya karena tidak ada metode berpikir yang
pasti.
Menurut Descartes rasio pulalah yang dapat memberi
pemimpin dalam segala jalan pikiran. Adapun yang benar itu hanya tindakan budi
yang terang-benderang, yang disebutnya ideas claires et distinctes. Karena
rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, maka aliran ini disebut Rasionalisme.
2. Spinoza
(1632- 1677 M)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 M. Nama aslinya
adalah barulah Spinoza ia adalah seorang keturunan Yahudi di Amsterdam. Ia
lepas dari segala ikatan agama maupun masyarakat, ia mencita- citakan suatu
sistem berdasrkan rasionalisme untuk mencapai kebahagiaan bagi manusia.menurut
Spinoza aturan atau hukum ynag terdapat pada semua hal itu tidak lain dari
aturan dan hukum yang terdapat pada idea. Baik Spinoza maupun lebih ternyata
mengikuti pemikiran Descartes itu, dua tokoh terakhir ini juga menjadikan
substansi sebagai tema pokok dalam metafisika, dan kedua juga mengikuti metode
Descantes.
3. Leibniz
Gottfried Eilhelm von Leibniz lahir pada tahun 1646
M dan meninggal pada tahun 1716 M. ia filosof Jerman, matematikawan, fisikawan,
dan sejarawan. Lama menjadi pegawai pemerintahan, pembantu pejabat tinggi
Negara. Waktu mudanya ahli piker Jerman ini mempelajari scholastik.
Ia kenal kemudian aliran- aliran filsafat modern dan
mahir dalam ilmu. Ia menerima substansi Spinoza akan tetapi tidak menerima
paham serba Tuhannya (pantesme). Menurut Leibniz substansi itu memang
mencantumkan segala dasar kesanggupannya, dari itu mengandung segala
kesungguhan pula. Untuk menerangkan permacam- macam didunia ini diterima oleh
Leibniz yang disebutnya monaden. Monaden ini semacam cermin yang membayangkan
kesempurnaan yang satu itu dengan cara sendiri.
C.
Implikasi
Aliran Rasionalitas Dalam Dunia Pendidikan
Seperti
kita ketahui bahwa Logika adalah kaidah-kaidah berfikir. Subyeknya akal-akal
rasional. Obyeknya adalah proposisi bahasa. Proposisi bahasa yang mencerminkan
realitas, apakah itu realitas di alam nyata ataupun realitas di alam fikiran.
Kaidah-kaidah berfikir dalam logika bersifat niscaya atau pasti. Penolakan
terhadap kaidah berfikir ini adalah mustahil (tidak mungkin). Bahkan mustahil
pula dalam semua khayalan atau “angan-angan” yang mungkin (all possible
intelligebles).
Contohnya,
sesuatu apapun pasti sama dengan dirinya sendiri, dan tidak sama dengan yang
bukan dirinya.
Prinsip
berfikir ini telah tertanam secara niscaya sejak manusia lahir. Tertanam secara
kodrati dan spontan. Dan selalu hadir kapan saja fikiran digunakan. Dan ini
harus selalu diterima kapan saja realitas apapun dipahami. Bahkan, lebih jauh,
prinsip ini sesungguhnya adalah satu dari watak niscaya seluruh yang maujud
(the very property of being). Tidak mengakui prinsip ini, yang biasa disebut
dengan prinsip non-kontradiksi, akan menghancurkan seluruh kebenaran dalam alam
bahasa maupun dalam semua alam lain. Tidak menerimanya berarti meruntuhkan
seluruh arsitektur bangunan agama, filsafat, sains dan teknologi, dan seluruh
pengetahuan manusia.
Rasionalisme
mencapai puncaknya melalui Rene Descartes yang terkenal dengan adagiumnya:
Cogito, ergo sum (Aku berpikir, maka aku ada). Ia beranggapan bahwa pengetahuan
dihasilkan oleh indra. Tetapi karena indra itu tidak dapat meyakinkan, bahkan
mungkin pula menyesatkan, maka indra tidak dapat diandalkan. Yang paling bisa
diandalkan adalah diri sendiri. Dengan demikian, inti rasionalisme adalah bahwa
pengetahuan yang dapat diandalkan bukan berasal dari pengalaman, melainkan dari
pikiran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas, penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan berikut ini :
1. Dalam
dunia Filsafat ada aliran yang dinamakan Rasionalisme. Yaitu sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal
merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Rasionalisme atau gerakan
rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah
ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta,
daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Rasionalisme mencapai
puncaknya melalui Rene Descartes yang terkenal dengan adagiumnya: Cogito, ergo
sum (Aku berpikir, maka aku ada).
2. Adapun
tokoh-tokoh penganut aliran Filsafat Rasionalisme ini adalah, pertama Rene
Descartes. Menurut Descartes rasio pulalah yang dapat memberi pemimpin dalam
segala jalan pikiran. Adapun yang benar itu hanya tindakan budi yang
terang-benderang, yang disebutnya ideas claires et distinctes. Karena rasio
saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, maka aliran ini disebut
Rasionalisme. Kedua adalah Spinoza, Ia lepas dari segala ikatan agama maupun
masyarakat, ia mencita- citakan suatu sistem berdasarkan rasionalisme untuk mencapai
kebahagiaan bagi manusia. Dan tokoh ketiga adalah Leibniz. Ia berpegang kepada
faham Monaden. Monaden ini semacam
cermin yang membayangkan kesempurnaan yang satu itu dengan cara sendiri
3. Imlikasi
aliran Filsafat Rasionalisme terhadap dunia pendidikan adalah pola pikir untuk mencapai atau mencari suatu kebenaran.
Dan media untuk mencapai kebearan itu melalui rasio dan logika. Logika adalah
kaidah-kaidah berfikir. Subyeknya akal-akal rasional. Obyeknya adalah proposisi
bahasa. Proposisi bahasa yang mencerminkan realitas, apakah itu realitas di
alam nyata ataupun realitas di alam fikiran. Kaidah-kaidah berfikir dalam
logika bersifat niscaya atau pasti.
0 Response to "Makalah Rasionalisme"
Posting Komentar