STRUKTUR ISTIMEWA, KLAUSA DAN FRASA




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Frasa adalah satuan grametikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Dengan kata lain, frasa atau kelompok kata di sebut juga sebagai kontruksi sintaksis yg terdiri atas bentuk bebas yg lebih kecil yang membentuk satu kesatuan dalam pembentukan kalimat. Misalnya, dalam prasa  rumah ayah muncul makna baru yang mengatakan milik, dalam frasa rumah tinggal, muncul makna baru menyatakan untuk tinggal atau tempat tinggal. Dan contoh yang satu ini terdapat tiga kata, yaitu gedung sekolah itu adalah frasa yang terdiri atas tiga kata. 
Untuk dapat menentukan unsur frasa tersebut harus di lihat apakah kata itu berkaitan dengan kata gedung atau dengan kata sekolah. apa bila kata itu berkaitan dengan kata gedung, frasa tersebut terdiri atas dua unsur, yaitu unsur gedung, unsur itu. Sebaliknya, apa bila kata itu berkaitan dengan kata seekolah, frasa geddung sekolah itu terdiri atas dua unsur pula, yaitu unsur gedung dan unsur sekolah itu.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja yang terdapat dalam struktur istimewa?
2.      Apa yang dimaksud dengan frasa?
3.      Apa yang dimaksud dengan klausa?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa saja yang terdapat dalam struktur istimewa
2.      Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan frasa
3.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan klausa




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Struktur Istimewa
Yang termasuk ke dalam struktur istimewa ini adalah:
1.      Metabahasa
Metabahasa atau metalanguage (meta bahasa) adalah bahasa mengenai bahasa.
Dalam pemakaian bahasa seperti ini, beberapa bentuk bahasa menjadi pokok pembicaraan, dan oleh sebab itu menjadi nominal dalam pemakaian serta kehilangan kelas fungsional yang asli.
Contoh:
Dia adalah kata depan (di=kata nominal)
2.      Bahasa Singkat
Bahasa singkat biasanya dipergunakan dalam judul berita atau head/line, penulisan telegram, dan sebagainya.
Strukturnya disingkat dengan cara menghilangkan sejumlah kata tugas, dengan hasil yang menyebabkan pesan tersebut bersifat rahasia, dan sering pula menjadi meragukan.
Contoh:
Jami purba direktur SMEA Negeri kebon jahe
Selain daripada metabahsa dan bahasa singkat, itu terdapat pula bentuk-bentuk bahasa yang lain, seperti pribahasa, pepatah-petitih
Contoh:
Lain di mulut lain di hati
Besar pasak dari tiang
Kian besar kian tolol
Cinta mengalahkan segala[1]


B.     Frase
Batas frase, frase adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa atau yang tidak melampaui batasan subyek atau predikat dengan kata lain sifatnya tidak predikatif.[2]
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
1.      Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
2.      Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.

1.      Macam-macam frase
a.      Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1)      Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
2)      Frase endosentrik  yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
3)      Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.[3]

b.      Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.[4]
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
c.       Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
1.      Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit
2.      Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3.      Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4.      Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5.      Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
d.      Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.[5]
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1.      Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2.      Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.

C.    Klausa
Batas klausa adalah kelompok kata yang lainnya mengandung suatu predikat atau klausa adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subyek dan predikat.
Klasifikasi klausa berdasarkan distribusi unit-unitnya dapat diklasifikasikan atas:
1.      Klausa bebas
2.      Klausa terikat[6]

Penggolongan klausa:
1.      Berdasarkan unsur intinya
2.      Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat
3.      Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat

              Ciri-ciri klausa :
1.      Memiliki satu predikat
2.      Tidak memiliki intonasi akhir
3.      Jika ditambah intonasi akhir maka akan menjadi sebuah kalimat
4.      Klausa merupakan bagian dari kalimat plural[7]



1.      Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.[8]
a.       Pola-pola kalimat
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.

1)      Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
2)      Pola kalimat I disebut kalimat ”verbal”
Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”
3)      Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru
Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
4)      Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial

2.      Jenis Kalimat
a.      Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.[9]
Kalimat Tunggal
Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.
Adik minum susu.
Ibu menyimpan uang di dalam laci.
S-P
S-P-O
S-P-O-K

b.      Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih[10]Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
1)      Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya:       Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
2)      Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya:       Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.[11]
1)      Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
a)      Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b)      Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
c)      Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.

2)      Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a.       Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya:       Diakuinya  hal itu
                                P             S
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
Anak kalimat pengganti subjek
b.      Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya:       Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu
Anak kalimat pengganti predikat
c.       Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya:       Mereka sudah mengetahui hal itu.
S             P                       O
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
     anak kalimat pengganti objek
d.      Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya:       Ayah pulang malam hari
                            S        P             K
Ayah pulang ketika kami makan malam
Anak kalimat pengganti keterangan
3)      Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.[12]
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
                        Pola atasan
                        datang seorang pemuda berpakaian bagus
                        pola bawahan I
                        datang menggunakan kendaraan roda empat
                        pola bawahan II





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Frasa adalah satuan grametikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Dengan kata lain, frasa atau kelompok kata di sebut juga sebagai kontruksi sintaksis yg terdiri atas bentuk bebas yg lebih kecil yang membentuk satu kesatuan dalam pembentukan kalimat. Misalnya, dalam prasa  rumah ayah muncul makna baru yang mengatakan milik, dalam frasa rumah tinggal, muncul makna baru menyatakan untuk tinggal atau tempat tinggal. Dan contoh yang satu ini terdapat tiga kata, yaitu gedung sekolah itu adalah frasa yang terdiri atas tiga kata. 
Klausa adalah kelompok kata yang lainnya mengandung suatu predikat atau klausa adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subyek dan predikat.
Klasifikasi klausa berdasarkan distribusi unit-unitnya dapat diklasifikasikan atas:
1.      Klausa bebas
2.      Klausa terikat

  
DAFTAR PUSTAKA

-------, Sintaksis Ilmu Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Karsono, 1996)
Chaer Abdul, Sintaksis Bahasa  Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2009)
Chaer, dkk.  Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. (Jakarta: Rineka Cipta, 1993)
Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Flores: Nusa Indah, 1982)
Kriadalaksana H, Kamus Linguistic, Jakatra : PT. Gramedia. 1993)
Muhammad Ramlan, Sintaksis, (Yogyakarta: Karyono, 1981)
Romli, Bahasa Indonesia, (Institut Agama Islam Negeri Metro, 2018)
Tarigan, Henry Guntur, Sintaksis. (Bandung : Angkasa,1984)



[1] Romli, Bahasa Indonesia, (Institut Agama Islam Negeri Metro, 2018), hal.74-75
[2] Romli, Bahasa Indonesia,hal. 91
[3] Muhammad. Ramlan, Sintaksis Ilmu Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Karsono, 1996), h. 27-28.
[4] Chaer, dkk.  Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal.35
[5] Muhammad Ramlan, Sintaksis, (Yogyakarta: Karyono, 1981), h. 35.
[6] Romli, Bahasa Indonesia,hal. 86
[7] http://dosenbahasa.com/klausa-dalam-bahasa-indonesia
[8] Chaer Abdul, Sintaksis Bahasa  Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2009),hal.63
[9] Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Flores: Nusa Indah, 1982), h. 137.
[10] Http://Materi4belajar.blogspot.com
[11] Kriadalaksana H, Kamus Linguistic, Jakatra : PT. Gramedia. 1993),hal.55
[12]   Tarigan, Henry Guntur, Sintaksis. (Bandung : Angkasa,1984),hal.73

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "STRUKTUR ISTIMEWA, KLAUSA DAN FRASA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel