Pengembangan Alenia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa
yang kita gunakan sehari-sehari, sekilas gampang dan sangat mudah dipelajari.
Akan tetapi sebenarnya ada banyak hal yang belum kita ketahui tentangnya,
terutama dalam hal hukumnya. Alinea merupakan salah satu hal yang sangat
penting untuk kita pelajari, karena sangat berpengaruh dalam pembentukan sebuah
tulisan yang menarik dan berkualitas.
Pada dasarnya dalam
penulisan karangan formal seperti tesis,skripsi,laporan penelitian atau
karangan ilmiah lainya,kitadituntut untuk memenuhi syarat-syarat
tertentu.Syarat karangan formal tersebut paling tidak melalui alur tahap
persiapan,mulai dari pemilihan dan pembatasan topik, perumusan tujuan,sumber
bahan penulisan,kerangka dan pola organisasi karangan tanpa mengabaikan hal-hal
yang terdapat didalam EYD, Perstilahan, bahasa baku,kalimat efektif dan
sebagainya.
Oleh sebab itu,dalam uraian berikut ini
dipaparkan perihal
1. Pemilihan Topik
2. Judul Karangan.
3. Kerangka Karangan.
4. Tahap Penulisan.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan alaenia?
2. Bagaimana cara pemilihan topik dalam penulisan karangan?
3. Bagaimana cara menetapkan judul karangan?
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
a. Menuntaskan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
b. Untuk mengetahui tentang Pengembangan Alenia dalam sebuah karangan
ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Alinea
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Edisi ke-3,dari terbitan Departemn Pendidikan Nasional tertera
penjelasan bahwa alinea adalah bagian wacana yang mengungkapkan suatu pikiran
yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama
yang menjorok kedalam atau jarak spasi yang lebih.Dalam kamus tersebut alinea
diartikan pula sebagai paragraf.
Alinea adalah suatu bentuk bahasa
yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Paragraf atau
alinea biasanya dibuat dibaris baru dengan 5 spasi, sehingga tulisannya
terlihat menjorok ke dalam. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang
perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh
kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan
berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung
gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang
kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang
dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap
sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau
dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah.
Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang
komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki kawasan
wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari
satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi
seseorang mewujudkan sebuah karangan.
Bila ditelaah pengertian
alinea,seperti yang tercantum dalam sumber tersebut,dapat ditarik
simpulan.Simpulannya adalah alina berisi “sesuatu” dan penulisan alinea selalu
dimulai dengan baris yang baru yang dimajukan atau indentation.
Berdasarkan penganalisisan atas
beberapa sumber yang memberikan keterangan tentang alinea serta dilengkapi atau
dipadukan dengan hasil pengamatan penulis terhadap karakteristik
alinea,sampailaah penulis pada suatu simpulan bahwa definisi alinea sebagai
berikut: alinea adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis-sistematis
yang merupakan satu kesatuan akspresi pikiraa yng relevan dan mendukung pikiran
pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.[1]
B. Kepaduan Alinea
Kepaduan alinea yakni adanya
hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu
kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang memiliki
koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang
disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alenia akan menyulitkan pembaca
untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi,
termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula
secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta
selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain, sehingga pembaca dapat dengan
mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan
atau koherensi dari sebuah alenia, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu
penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan.[2]
Kepaduan akan terjadi apabila
hubungan timbal balik antara kalimat- kalimat yang membina
paragraf tersebut, baik, wajar,
dan mudah dipahami tanpa
kesulitan. Pembaca dengan mudah
mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu
yang menghambat atau semacam jurang yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat
lainnya, tidak terasa loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.[3]
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alenia
ialah koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang
memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang
lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang memiliki koherensi akan sangat
memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan
Koherensi dalam sebuah alenia akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu
kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koheren, termasuk pula keteraturan
(sistematika) urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu
detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu
soal ke soal yang lain, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian
yang disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari
sebuah alenia, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau
frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan.
Contoh:
Pohon anggur, di samping buahnya
yang digunakan untuk pembuatan minuman, daunnya pun dapat digunakan sebagai bahan pembersih
wajah. Caranya, ambillah daun anggur secukupnya, lalu tumbuk sampai halus.
Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya dan tunggu sampai mendidih.
Setelah itu, ramuan tersebut kita dinginkan dan setelah dingin, baru kita
gunakan untuk memebersihkan wajah. Insya Allah, kulit wajah kita akan kelihatan
bersih dan ber seri-seri.
C. Jenis Alinea
Paragraf memiliki
banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain
berdasarkan kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya,
menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.
1). Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi
gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf
menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna
sendiri bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa
dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif,
paragraf deduktif-induktif(campuran), paragraf penuh kalimat topik.
A. Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal
paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu,
yang dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan
khusus (umum-khusus).
Contoh paragraf deduktif :
” Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang
penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah
berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik
kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga
fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit.”
Contoh lain paragraph deduktif :
”Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa
dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan
tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru.”
B. Paragraf Induktif
Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf
dan diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan
pernyataan umum (khusus-umum).
Contoh paragraf induktif:
” Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas disebabkan oleh ulah manusia
itu sendiri. Contohnya saja masih banyak orang-orang yang buang sampah yang
tidak pada tempatnya. Selain itu masyarakat juga tidak peduli terhadap selokan
di sekitarnya. Oleh sebab itu maka seharusnya pemerintah setempat harus lebih
mensosialisasikan bahaya banjir kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut
serta dalam bersosialisasi terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa seluruh masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan
supaya Jakarta bebas banjir dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan
membersihkan selokan di sekitarnya.”
Contoh lain paragraf induktif :
“Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa
bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi
tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif
dan efisien”.
C. Paragraf Campuran
Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir
paragraph (deduktif-induktif). Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan
atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
Contoh paragraf campuran :
”Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi.
Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi,
baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan
peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana
komunikasi”.
Contoh lain paragraf campuran :
” Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah,
dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang
murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung
beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah.
Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah
dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat.”
2). Jenis paragraf atau alinea berdasarkan paragraf
penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun
kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa
terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan
lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam
uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat topik :
” Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang
sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam
berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang
segar sepuas-puasku.”
3). Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:
1. Eksposisi
Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak
pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir
mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap
daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
2. Argumentatif
Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta
konsep sebagai alasan/ bukti.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya.
Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan
Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang
dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih
banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau
mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya
untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis
moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi
keluarga semakin terlihat di mana-mana.
3. Deskriptif
Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah
melihat, merasa atau mendengar hal tersebut.
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis
yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat
cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar
lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah
kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia
sungguh tampak sempurna.
4. Persuasif
Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu. isi
paragraf ini mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak
pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan,terutama
majalah dan Koran .
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama
manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di
antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan.
Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap
tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat
dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
5. Naratif
Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk
alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.
Contoh:
Jam istirahat. Aldi tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati
bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan,
mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang
perpustakaan hanya ada dia.
4). Jenis Paragraf Menurut Fungsi / Tujuannyanya
dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
1. Paragraf Pembuka
2. Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas
menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Paragraf pembuka
biasanya bertujuan untuk mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam
karangan .
3. Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan
untuk:
1. Menghantar pokok pembicaraan.
2. Menarik minat pembaca.
3. Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf
pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf
pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu
bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf
pembuka,yaitu:
1. Kutipan, peribahasa, anekdot
2. Pentingnya pokok pembicaraan
3. Pendapat atau pernyataan seseorang
4. Uraian tentang pengalaman pribadi
5. Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6. Sebuah pertanyaan.
Contoh paragraf pembuka :
Pemuli baru saja usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi,
merasa bersyukur karena pemilu berjalan lancer seperti yang diharapkan. Namun,
tidak demikian yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di
parlemen. Mereka mengalami stress berat hingga tidak bias tidur dan tidak mau
makan.
2. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca.
Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat
paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam
karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis,
paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis.
Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf
disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf
yang menekankan pendapat pengarang.
Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan
untuk:
1. Mengemukakan inti persoalan.
2. Memberikan ilustrasi.
3. Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya.
4. Meringkas paragraf sebelumnya
5. Mempersiapkan dasar bagi simpulan.
3. Paragraf Penutup
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan
kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting. Paragraf ini
merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat
paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus
memperhatikan hal sebagai berikut :
1. Sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu panjang.
2. Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai
cerminan inti seluruh uraian.
3. Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat
menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya.
Contoh paragraf penutup : Demikian proposal yang kami buat. Semoga usaha kafe
yang kami dirikan mendapat ridho dari Tuhan YME serta bermanfaat bagi sesama.
Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menentukan tema dan topik
secara baik maka akan menghasilkan karangan yang baik pula dan menarik orang
untuk membacanya. Ditambah dengan judul yang mengesankan dan membuat orang
penasaran ingin membaca menjadi nilai tambahan bagi sebuah karangan tersebut.
Menentukan judul yang tepat harus
didasarkan terhadap apa tema dan topiknya jangan sampai bertentangan, apalagi
melenceng jauh dari kaidah-kaidah yang sudah di tentukan dalam perumusan sebuah
karangan tersebut. Menentukan sebuah topik, tema dan judul yang tepat wajib
hukumnya bagi semua orang dalam pembuatan sebuah karangan tertulis karena
membantu dalam penulisannya agar tertata dan sesuai dengan yang diingikan dari
awal penulisannya.
Topik yang baik harus menarik dan
dibaca serta dikuasai dengan baik oleh penulis minimal prinsip-prinsip ilmiah.
Sedangkan tema yang baik adalah tema yang menarik perhatian penulis, tema yang
di kenal atau di ketahui dengan baik, bahan-bahannya dapat di peroleh, tema
dibatasi ruang lingkup. Dan judul yang baik adalah harus relevan, harus
provokatif dan harus singkat.
Menyadari bahwa penulis masih jauh
dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebihn fokus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan
tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu, segala kritik, saran
atau masukan dari pembaca sangat diharapkan untuk menunjang perbaikan makalah
yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamuddin. “Komposisi
Bahasa Indonesia”, Insan Mulia, 2003-2004
Prof.DR.Keraf,Gorys.
“Komposisi”, Penerbit Nusa Indah,1993.
Catarina,S.Pd.Teori
Ringkas Latihan Soal dan Pembahasan BAHASA INDONESIA SMP.Intersolusi
Pressindo.Yogyakarta
Djiko Widagdo, 1997, Bahasa
Indonesia Pengantar Kemahiran Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hs,Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
Karyanto, Umum Budi.
2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press.
Widagdo, Djoko. 1997. Bahasa
Indonesia Pengantar Kemahiran Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Romli, M.Pd, Bahan Ajar Bahasa Indonesia (IAIN Metro, 2018)
[1] Nazar Noerzisri A.Bahasa
Indonesia dalam Karangan Ilmiah. (Bandung: Humaniora Utama Press
(HUP),2004),h.31
[2] Wahyu R.N,
Tri. Bahasa
Indonesia. (Jakarta: Universitas Gunadarma, 2006),hal.56
[3] Rahardi,
Kunjana. Teknik-teknik
Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah. (Jakarta: Graha Media,
2010),hal.77
0 Response to "Pengembangan Alenia"
Posting Komentar