Observasi Bahan Ragam Bahasa dan Observasi Bahan Latihan





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll.
Pidato sering digunakan dalam acara-acara resmi. Misalkan saja pidato pesiden, pidato dari ketua OSIS, ataupun pidato dari pembina upacara. Sistematika dalam pidato pun hendaklah dipahami betul-betul. Agar pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah yang benar. Pidato sama halnya dengan cermah. Hanya saja ceramah lebih membahas tentang keagamaan.kalau pidato lebih umum dan bisa digunakan dalam banyak acara.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja ragam bahasa?
2.      Bagaimana bahan latihan?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui ragam bahasa
2.      Untuk mengetahui ragam bahasa




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Ragam Bahasa
1.      Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.[1]
Bahasa yang di hasilkan menggunakan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulisan. Jadi dalam ragam bahasa lisan kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulisan kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua ragam tersebut memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya  ragam bahasa lisan. Oleh karena itu sering timbul kesan antara ragam bahasa lisan dan tulisan itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjadi sistem bahasa yang memiliki sistem seperangkat kaidah yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Bahasa dalam masyarakat dan kebudayaan tertentu selalu digunakan sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan yang juga dapat dipandang sebagai salah satu sosok penentu variasi atau ragam bahasa.
Jika situasi dan kondisi pemakaiannya menuntut bentuk-bentuk fantastis dan romantis, ragam bahasa susastra, ragam bahasa literer, atau ragam yang indah akan banyak digunakan. Ragam bahasa indah atau yang bergaya literer demikian ini banyak ditandai oleh sejumlah penyimpangan kebahasaan, tetapi memang penyimpangan itu dilakukan demi tujuan keindahan dan keapikan tertentu.[2]
2.      Macam-macam Ragam Bahasa
Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baku bahasa Indonesia, memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolak ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi didalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.[3]
a.      Ragam Bahasa berdasarkan Media pengantarnya atau sarananya
1)      Ragam lisan
2)      Ragam tulis
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun non standar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.[4]

b.      Ragam bahasa Berdasarkan situasi dan pemakaian
Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.[5]
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.[6]
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :
1.      Tata Bahasa(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a.       Ragam bahasa lisan :
·         Nia sedang baca surat kabar
·         Ari mau nulis surat
·         Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
·         Mereka tinggal di Menteng.
·         Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
·         Saya akan tanyakan soal itu
b.      Ragam bahasa Tulis :
·         Nia sedang membaca surat kabar
·         Ari mau menulis surat
·         Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
·         Mereka bertempat tinggal di Menteng
·         Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
·         Akan saya tanyakan soal itu.
2.      Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a.       Ragam Lisan
·         Ariani bilang kalau kita harus belajar
·         Kita harus bikin karya tulis
·         Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b.      Ragam Tulis
·         Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
·         Kita harus membuat karya tulis.
·         Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.[7]
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar.
a.       Ragam standar
b.      Ragam nonstandar
c.       Ragam semi standar
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luas sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modren.[8]
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar,dan semi standar dilakukan berdasarkan :
a.       Topik yang sedang dibahas
b.      Hubungan antar pembicara
c.       Medium yang digunakan,
d.      Lingkungan, atau
e.       Situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar :
a.       Penggunaan kata sapaan dan kata ganti
b.      penggunaan kata tertentu
c.       Penggunaan imbuhan
d.      Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
e.       Penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.[9]

c.       Ragam bahasa berdasarkan Penutur
1.      Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan/b/pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
2.      Ragam bahasa terpelajar
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
3.      Ragam bahasa Resmi dan ragam bahasa tak resmi
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Setiap penutur bahasa pada dasarnya mempunyai kemampuan menggunakan bermacam-macam ragam bahasa. Namun, keterampilan menggunakan nya bukan diperoleh melalui warisan, melainkan melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam /gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luasa pergaulan nya.
4.      Ragam bahasa menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
5.      Bahasa baku
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, dalam bahasa indonesia terdapat bahasa baku. Apakah yang dimaksud bahasa baku? Bahasa baku adalah suatu ragam bahasa yang dipakai dalam situasi resmi/formal, baik lisan maupun tulisan. Ragam bahasa ini disusun dengan tujuan agar bahasa indonesia dapat berkembang secara teratur, terarah, dan terencana. Bukan berarti kita tidak mengakui adanya bahasa non baku.[10] Kedua ragam bahasa ini tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya dalam berkomunikasi. Bahasa baku dipakai dalam:
a.       Pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran;
b.      Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat;
c.       Komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.[11]

B.     Observasi Bahan Latihan
Bahasa lisan adalah suatu bentuk komunikasi yang unik dijumpai pada manusia yang menggunakan kata-kata yang diturunkan dari kosakata yang besar (kurang lebih 10.000) bersama-sama dengan berbagai macam nama yang diucapkan melalui atau menggunakan organ mulut. Kata-kata yang terucap tersambung menjadi untaian frase dan kalimat yang dikelompokkan secara sintaktis.Kosa kata dan sintaks yang digunakan, bersama-sama dengan bunyi bahasa yang digunakannya membentuk jati diri bahasa tersebut sebagai bahasa alami.
Berdasarkan situasi dan pemakaian Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat. Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam
Struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai.Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis.Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.Kedua ragam itumasing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.[12]
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :
1.      Tata Bahasa (Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a.      Ragam bahasa lisan : Nia sedang baca surat kabar Ari mau nulis surat Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu. Mereka tinggal di Menteng. Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Saya akan tanyakan soal itu
b.     Ragam bahasa Tulis : Nia sedangmembaca surat kabar Ari mau menulis surat Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu. Mereka bertempat tinggal di Menteng Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Akan saya tanyakan soal itu.

Kosa kata Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a.      Ragam Lisan Ariani bilang kalau kita harus belajar Kita harus bikin karya tulis Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b.      Ragam Tulis Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar Kita harus membuat karya tulis. Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar. a. ragam standar, b. c. ragam nonstandar, ragam semi standar. Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap.Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14). Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan :
a.       Topik yang sedang dibahas
b.      Hubungan antarpembicara
c.       Medium yang digunakan
d.      Lingkungan, atau
e.       Situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar :
1)      Penggunaan kata sapaan dan kata ganti
2)      Penggunaan kata tertentu
3)      Penggunaan imbuhan
4)      Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
5)      Penggunaan fungsi yang lengkap

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akanmenggunakan kata gue. Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan.
Kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti. Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.Contoh : (1) Ibu mengatakan, kita akan pergi besok (1a) Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok Pada contoh (1) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki contoh (1a) yang merupakan ragam standar. Contoh : (2) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu. (2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar. Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar.[13]
Kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan.Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.”Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’.Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi.Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.[14]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Seiring dengan perkembangannya  bahasa indonesia memiliki banyak ragam dan variasi namun semua menambah kekayaan bahasa Indonesia sendiri. Karena salah satu negara yang maju dapat dilahat dari bahasa nya. Berdasarkan data-data dan fakta dilapangan menunjukkan masih banyak orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Baik dari segi baku dan tidak bakunya suatu bahasa maupun dari segi penuturan dan penulisan nya. Jadi dilihat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.

B.     Saran
Maka kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan bahasa yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan uraian singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul ”Ragam Bahasa”. Dan atas bimbingan dan saran-saran Bapak/ibu pembimbing, saya ucapkan terimakasih.




DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. Tata Baku Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Edisi Ketiga

Arifin, E. Zainal. Berbahasa Indonesialah dengan benar. (Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa, 1990)

Badudu, J.S, Inilah Bahasa Indonesia yang benar. (Jakarta : Gramedia, 1990)

Dardjowidjojo, Soenjono. Tata Bahasa Baku. (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cetakan Ke-VIII

Effendi, S. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995)



Kunjana Rahardi, Dimensi-Dimensi Kebahasaan, (Yogyakarta: Erlangga, 2006)

Moeliono,dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka, 2003)

Sabariyanto, Dirgo. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1999)

Sabariyanto, Dirgo. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1999)


 


[1]Arifin, E. Zainal. Berbahasa Indonesialah dengan benar. (Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa, 1990),hal.19
[2]Kunjana Rahardi, Dimensi-Dimensi Kebahasaan, (Yogyakarta: Erlangga, 2006),hal.79
[3] Alwi, Hasan, dkk. Tata Baku Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Edisi Ketiga, hal. 47
[4]Badudu, J.S, Inilah Bahasa Indonesia yang benar. (Jakarta : Gramedia, 1990),hal.28
[5] Dardjowidjojo, Soenjono. Tata Bahasa Baku. (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cetakan Ke-VIII, hal.71
[6] Effendi, S. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hal.86
[7]Arifin, E. Zainal. Berbahasa Indonesialah dengan benar.hal.87
[8]Sabariyanto, Dirgo. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1999), hal.88
[10] Moeliono,dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka, 2003).hal. 19
[11]Arifin. E. Zainal. Berbahasa indonesialah dengan benar. (Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa, 1990),hal.86
[12]Sabariyanto, Dirgo. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1999).hal,27
[13]Sabariyanto, Dirgo. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia, hal.39

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Observasi Bahan Ragam Bahasa dan Observasi Bahan Latihan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel