Tekhnik Membuat Laporan, Karya Ilmiah, Kliping dan Populer



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Akademisi seperti mahasiswa, guru, dosen, maupun ilmuwan dituntut untuk akrab dengan dunia tulis-menulis. Sebab, setiap hasil pemikiran dan hasil penelitian diwujudkan dalam bentuk karya tulis ilmiah. Hal itu bertujuan agar masyarakat luas bisa merasakan buah pikiran penulis.
Kita juga tentu sudah mengenal artikel. Pada dasarnya kita semua bisa menulis artikel. Hal itu karena teknik penulisan artikel pada umumnya tidaklah sukar. Cukup bermodalkan kemampuan mengkonversi gagasan ke tulisan sesuai latar belakang, keahlian dan keilmuan, maka seseorang sudah bisa memperoleh kredibilitas dalam menulis artikel.   
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. Maka sudah selayaknyalah, jika tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain. Jikapun, tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu. Disebut juga dengan penelitian lanjutan.
Tradisi keilmuan menuntut para calon ilmuan (mahasiswa) bukan sekadar menjadi penerima ilmu. Akan tetapi sekaligus sebagai pemberi (penyumbang) ilmu. Dengan demikian, tugas kaum intelektual dan cendikiawan tidak hanya dapat membaca, tetapi juga harus dapat menulis tentang tulisan-tulisan ilmiah. Apalagi bagi seorang mahasiswa sebagai calon ilmuan wajib menguasai tata cara menyusun karya ilmiah. Ini tidak terbatas pada teknik, tetapi juga praktik penulisannya. Kaum intelektual jangan hanya pintar bicara dan “menyanyi” saja, tetapi juga harus gemar dan pintar menulis. Istilah karya ilmiah disini adalah mengacu kepada karya tulis yang menyusun dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Di lihat dari panjang pendeknya atau kedalaman uraiaan, karya tulis ilmiah dibedakan atas makalah (paper) dan laporan penelitian. Dalam penulisan, baik makalah maupun laporan penelitian, didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. 

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Teknik Membuat Laporan?
2.      Bagaimana Teknik Membuat Laporan Ilmiah?
3.      Apa yang dimaksud Kliping Ilmiah dan Populer?
4.      Bagaimana Susunan Acara Pada Upacara?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Teknik Membuat Laporan
2.      Untuk mengetahui Teknik Membuat Laporan Ilmiah
3.      Untuk mengetahui maksud Kliping Ilmiah dan Populer
4.      Untuk mengetahui cara Susunan Acara Pada Upacara




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teknik Membuat Laporan
1.      Pengertian Laporan
Laporan adalah penyampaian informasi dari petugas pejabat tertentu kepada petugas atau pejabat lain dalam suatu sistem administrasi. Dalam praktiknya, petugas pelapor maupun petugas yang dilapori dapat terdiri atas satu orang dan dapat pula berupa satu tim.
Isi laporan dapat berupa hasil penelitian, pengamatan, pengalaman, percobaan, dan sebagainnya.
2.      Fungsi Laporan
Didalam suatu organisasi penyampaian laporan umumnya dilakukan oleh bawahan kepada atasan. Dalam kegaitan pelaporan terkandung 4 fungsi, yaitu 1) Fungsi Informative, 2) Fungsi Pertanggungjawaban, 3) Fungsi Pengawasan, 4) Fungsi Pengambilan Keputusan.
Fungsi laporan dapat dirumuskan kegunaannya:
1.      Sebagai sumber informasi
2.      Sebagai bahan pertanggungjawaban
3.      Sebagai alat pengawasan
4.      Sebagai bahan pengambilan keputusan
3.      Syarat Laporan
Agar dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi yang efektif, sebuah laporan sekurang-kurangnya harus memenuhi enam syarat, yaitu 1) Lengkap, 2) Jelas, 3) Benar, 4) Sistematis, 5) Objektif, 6) Tepat Waktu.[1]




B.     Teknik Membuat Laporan Ilmiah
Artikel Ilmiah mempunyai unsur-unsur yang membentuk strukturnya. Untuk itu, secara berturut-turut akan disajikan tata organisasi dan unsru-unsurnya. Antara artikel ilmiah satu dengan artikel ilmiah yang lain tidak harus memiliki unsur yang sama.
Artikel ilmiah sering juga disebut paper, kertas kerja, atau makalah. Apa pun namanya karya ilmiah memiliki kerangka urutan: Judul, nama pnulis dan lembaga, abstrak, bab isi, penutup, dan daftar pustaka, kadang-kadang terdapat lampiran dan apendiks.[2]
1.      Tahap Penulisan
a.       Menentukan topik atau judul, masalah, tujuan, dan tesis
b.      Menyusun ragangan
c.       Menetapkan dan mengumpulkan data (primer dan sekunder)
d.      Menetapkan metode pembahasan, dan
e.       Menjadwalkan pelaksanaan[3]
2.      Langkah-langkah dalam Membuat Tulisan Ilmiah
a.       Menentukan Topik
Topik adalah pokok pembicaraan. Melalui pokok pembicaraan, penulis menempatkan tujuan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Syarat-syarat pemilihan topik
1)      Menarik perhatian pembaca
2)      Diketahui dan dikuasai oleh penulis
3)      Harus cukup sempit dan terbatas
4)      Tidak terlalu baru, teknis, atau kontroversial
b.      Memilih Tema
Tema adalah pesan utama yang disampaikan oleh penulis. Pesan utama dapat diketahui setelah pembaca selesai membaca suatu tulisan. Untuk menyusun tema, ada dua unsur yang perlu diketahui, yaitu topik atau pokok pembicaraan dan tujuan.
Tema juga dapat diartikan sebagai rumusan topik yang dijadikan landasan dan tujuan pembicaraan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tema merupakan pengungkapan maksud dan tujuan.
c.       Merumuskan Masalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Selain itu, masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi.
Apabila penulis menemukan beberapa masalah dalam sebuah cakupan topik maka perlu dilakukan kajian untuk ditentukan masalah utama dengan memperhitungkan penguasaan teoretis dan metodologis, fasilitas yang tersedia, kemudahan memperoleh data, dan tingkat kepentingan masalah yang teliti.
d.      Menentukan Judul
Judul adalah nama atau titel dari sebuah karya tulis. Jika dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus dijadikan judul, biasanya tulisan bersifat umum dengan ruang lingkup yang sangat luas. Judul sebaiknya memberi gambaran tentang masalah secara jelas, menarik perhatian pembaca, dan menggelitik keinginan pembaca akan isi keseluruan suatu tulisan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan judul adalah menggambarkan isi, singkat dan jelas, berupa frasa atau klausa, dan menarik.
e.       Menyusun Karangan
Karangan tulisan adalah rencana teratur pembagian dan penyusunan gagasan. Fungsi utama kerangka tulisan adalah mengatur hubungan di antara gagasan-gagasan yang ada.
Ada dua manfaat kerangka tulisan, yaitu mencagah penulis keluar dari sasaran yang telah ditetapkan dan membantu penulis mengatur atau menempatkan klimaks yang berbeda-beda di dalam tulisannya.[4]

C.    Kliping Ilmiah dan Populer
1.      Kliping Ilmiah
Karya tulis mempunyai banyak ragam tergantung dari tujuan, manfaat, sumber penulisan, dan aspek-aspek lainnya. Berdasarkan sumbernya, secara umum karya tulis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu karya fiksi (tidak ilmiah) dan non fiksi (ilmiah). Karya fiksi merupakan karya tulis yang sumbernya semata-mata imajinasi, fantasi, atau rekaan dari si penulis. Tujuan orang menulis fiksi biasanya untuk menghibur atau bisa jadi untuk mengungkapkan isi hati penulis. Contoh dari karya tulis jenis ini adalah karya sastra: novel, cerpen, puisi, dan lain-lain.[5]
a.      Ciri-Ciri Kliping Ilmiah
1)      Menyajikan fakta obyektif secara sistematis
2)      Penulisannya cermat, tepat, dan benar serta tulus.
3)      Tidak mengejar keuntungan pribadi, yaitu tidak berambisi agar pembaca berpihak kepadanya
4)      Sistematis, terkendali, konseptual, dan prosedural
5)      Tidak emotif (tidak menonjolkan perasaan)
6)      Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung (kecuali hipotesis kerja)
7)      Memuat kebenaran-kebenaran
8)      Tidak argumentatif
9)      Tidak persuasif
10)  Tidak melebih-lebihkan sesuatu.
b.      Sistematika Karya Tulis Ilmiah
1)      Bagian pengantar
2)      Halaman judul
3)      Lembar pengesahan
4)      Pengantar
5)      Daftar isi
6)      Daftar tabel
7)      Daftar gambar
8)      Daftar lampiran
9)      Abstrak
2.      Populer
a.      Karya Tulis Populer
Karya tulis ilmiah populer merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi, dan bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, serta disajikan dalam bahasa yang santai dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Slamet Suseno (dalam Dalman, 2012: 156) mengemukakan bahwa karya tulis ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur tulisan orang lain daripada dengan jalan menulis gagasan, pendapat, dan pernyataannya sendiri. Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai hal-hal kehidupan sehari-hari.
  Karya tulis ilmiah populer adalah karya tulis yang berpegang kepada standar ilmiah, tetapi ditampilkan dengan bahasa umum yang mudah dipahami oleh masyarakat awam dan layout yang menarik sehingga masyarakat lebih tertarik untuk membacanya. Karya tulis ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur, mengutip, dan meramu informasi dari berbagai tulisan orang lain, daripada menulis murni gagasan, pendapat, dan pernyataan sendiri. Artinya, karya tulis ilmiah populer lebih cocok disebut sebagi tulisan daripada karangan. Seperti yang dipaparkan di atas, secara otomatis akan ada proses reduksi makna ilmiah dari makna aslinya ketika digandengkan dengan kata populer. Namun meski melangalami reduksi, kata-kata ilmiah tetap menggambarkan pertanggungjawaban penulisnya secara ilmiah dengan pencantuman sumber rujukan.[6]
b.      Ciri-ciri Karya Ilmiah Populer
Karya ilmiah (Dalman, 2012:113-114) memiliki ciri-ciri yang dapat dikaji minimal dari empat aspek, yaitu:
1)      Struktur
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal, bagian inti dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan.
2)      Komponen dan substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3)      Sikap penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan kata atau gaya bahasa impersonal.
4)      Penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata atau istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.[7]




D.    Susunan Acara Pada Upacara
1.      Persiapan upacara
1)      Seluruh peserta upacara diatur dalam barisan 15 menit sebelum pelaksnaan  upacara dimulai, masing-masing komandan regu atau barisan menyiapkan barisannya.
2)      Petugas upacara seperti penggerek bendera, pembaca atau pengucap pembukaan UDD 1945 dan lain-lain serta pembawa acara telah menempati tempat yang ditentukan;
3)      Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara; pemimpin upacara mengambil alih pimpinan seluruh barisan upacara; pembawa acara membacakan urutan-urutan upacara.
2.      Pelaksanaan Upacara
1)      Panitia upacara melapor kepada pembuna upacara bahwa upacara siap dimulai,     diluar lapangan upacara (diruang VIP) dengan kata-kata “lapor, upacara 9jelaskan upacara apa) siap dimulai”
2)      Pembawa acara mulai membacakan acara upacara bahwa upacara segera dimulai, pembina upacara memasuki lapangan upacara dan barisan disiapkan.
3)      Pemimpin upacara menyiapkan barisan upacara dengan aba-aba “siap gerak”.
4)      Pembina upacara memasuki lapangan upacara yang diantar oleh panitia upacara dan didampingi oleh ajudan untuk membawa map teks amanat/sambutan.
5)      Penghormatan umum kepada pembina upacara yang dipimpin oleh pemimpin upacara dengan aba-aba “kepada pembina upacara, hormat gerak”. Setelah dibalas oleh pembina upacara sampaikan aba-aba “tegak gerak”;
6)      Laporan pemimpin upacara kepada pembuna upacara bahwa upacara siap dimulai, pelaksanaannya adalah: pemimpin upacara maju menghadap pembina upacara dan langsung menyampaikan laporan dengan aba-aba upacara 9sebutkan upacara apa) siap dimulai”; setelah dijawab oleh pembina upacara dengan kata-kata “lamnjutkan/kembali ketempat”, maka pemimpin upacara kembali menjawab: kerjakan/laksanakan”. Selanjutnya kembali balik kanan dan kembali ke tempat semula.
3.      Persiapan Penaikan bendera
1)      Petugas penggerek bendera, biasanya terdiri dari 3 orang membaw bendera mendekati tiang bendera;
2)      Setelah sampai ditiang bendera. masing-masing bertugas; 1 memegang bendera, 1 mengikat bendera pada tali  yang ada di tiang bendera dan 1 lagi memegang tali dan menaikkan bendera;
3)      Setelah bendera diikat dan dikembangkan, maka salah seorang melaporkan bahwa bendera siap untuk dinaikkan, bunyi laporannya “bendera siap”
4)      Penghormatan kepada bendera merah putih dipimpin oleh pemimpin upacara, dan juga biasanya dipimpin oleh pembina upacara. Pelaksanaannya dilaksanakan apabila telah mendengar aba-aba dari penggerek bendera bahwa bendera telah siap dinaikkan, langsung pemimpin upacara memberikan aba-aba “kepada sang merah putih, hormat gerak”. (seluruh peserta upacara melakukan penghormatan). Setelah bendera sampai dipuncak tiang bendera, pemimpin upacara memenrikan aba-aba “tegak gerak”. Penaikan bendera ini diiringi oleh lagi Indonesia raya yang dibawakan oleh paduan suara.[8]
4.      Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara.
1)      Pelaksanaannya pembina upacara menyampaikan kata “marilah kita bersama-sama menghargai jasa para pahlawan kita yang telah mendahului kita, hening cifta dimulai, semua upacara menundukkan kepala, dan hening cipta ini diiringi dengan lagu oleh paduan suara. Setelah itu pembina upacara mengucapkan kata “selesai” dan seluruh peserta upacara secara serentak kembali menegakkan kepala.
5.      Pembacaan teks pancasila
1)      Pelaksanannya, ajudan menyampaikan teks pancasila kepada pembina upacara dan langsung dibaca satu persatu serta diikuti oleh peserta upacara.
2)      Pembacaan/pengucapan pembukaan UUD 1945. pelaksanaannya, pembaca UUD 1945 maju 3-4 langkah ke muka dan melapor dengan kata-kata “lapor pembcaan pembukaan UUD 1945 siap”. setelah dijawab oleh pembina upacara, kerjakan, langsung membacakan Pembukaan UUD 1945, setelah selesai membacakan, kembali melapor kepada pembina upacara bahwa pembacaan sudah dilaksanakan dengan kata-kata “pembacaan pembukaan UUD 1945 telah dilaksanakan, laporan selesai”.
3)      Setelah pembacaan selesai melaporkan, dijawab oleh pembina upacara “kembali ketempat” dan dijawab lagi oleh pembaca “laksanakan”, maka pengucap langsung balik kanan dan berjalan ketempat semula.
6.      Amanat Pembina Upacara
1)      Pelaksanaannya ajudan memberikan teks amanat, selanjutnya pembuna upacara mengistruksikan kepada pemimpin upacara untuk mengistirahatkan barisan upacara dengan kata-kata peserta upacara diistirahatkan.
2)      Begitu mendengar instruksi diistirahatkan, maka pemimpin upacara langsung menyampaikan aba-aba untuk mengistirahatkan barisan upacara dengan kata-kata “istirahat ditempat gerak”.
3)      Begitu pembina upacara selesai menyampaikan amanatnya, maka pemimpin upacara langsung menyiapkan kembali barisan upacara dengan aba-aba “siap gerak”.
7.      Pembacaan Doa
Pelaksanaannya adalah petugas yang membaca doa langsung memimpin mebacakan doa;


8.      Penutupan Upacara
1)      Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara bahwa upacara telah selesai.
2)      Pemimpin upacara maju menghadap pembina upacara dan langsung menyampaikan laporan dengan kata-kata “upacara telah dilaksanakan, laporan selesai”;
3)      Setelah dijawab oleh pembina upacara dengan kata-kata “bubarkan”, dan dijawab lagi oleh pemimpin upacara dengan kata “laksanakan”, maka pemimpin upacara balik kanan kembali ketempat semula.
4)      Penghormatan umum kepada pembina upacara yang dipimpin oleh pemimpin upacara dengan aba-aba “kepada pembina upacara, hormat gerak”, setelah penghormatan dibalas oleh pembina upacara maka pemimpin upacara mengecapkan aba-aba “tegak gerak”.
5)      Upacara selesai, pembina upacara berkenan meninggalkan lapangan upacara.

E.     Prosedur dan Cara Meringkas
1.      Membaca Teks Atau Naskah Yang Asli
Dasarnya sebelum kita membuat karya tulis dengan teknik studi kepustakaan (sumber data berdasarkan buku), yang perlu ditanamkan pada diri kita adalah menyukai membaca. Ingat pepatah “Buku Adalah Jendela Dunia” gak? Semakin banyak kita membaca buku maka semakin banyak hal yang kita ketahui. Bagi mahasiswa wajib hukumnya untuk menyukai membaca. Kenapa? Kalau mengingat tugas akhir atau kriteria kelulusan kita yaitu membuat skripsi, sangat perlu untuk membaca banyak buku referensi yang terkait dengan skripsi demi menghasilkan skripsi yang baik dan berkualitas serta akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri nantinya jika kita benar-benar berhasil.[9]
Apabila sudah suka membaca, maka gak akan ada kendala besar dalam membuat ringkasan (resume) karena membaca teks/naskah asli dalam proses pembuatan resume ini tidak cukup hanya sekali. Membaca naskah asli harus berulang kali sampai kita memahami keseluruhan isi dan memahami maksud si penulis.
 Belum lagi jika naskah aslinya memiliki istilah-istilah yang sukar dipahami, maka itu perlu juga digarisbawahi kata yang sulit dimengerti dan mencari tahu apa maknanya agar menambah pemahaman kita. Membaca naskah aslinya juga harus sampai tuntas agar kita mendapatkan gambaran umum dan sudut pandang dari si penulis.
2.      Menentukan dan Mencatat Gagasan Utama
Setelah memahami maksud dari si penulis, kemudian kita harus mampu menemukan pokok-pokok tulisan. Baca kembali dan lebih dimengerti lagi paragraf demi paragrafnya, bagian demi bagiannya, untuk selanjutnya dikonkritkan dalam bentuk poin-poin penting yang disebut gagasan utama. Gagasan utama adalah pikiran utama yang terdapat dalam tulisan. Gagasan utama sama saja dengan ide pokok. Jika yang mau dibuat resume adalah sebuah jurnal, maka kita tidak harus mencatat semua gagasan utama di setiap paragraf jurnal aslinya. Kenapa? Tidak semua paragraf yang ada dijurnal memiliki gagasan utama karena di dalam jurnal banyak terdapat kutipan-kutipan seseorang dan data-data sedangkan gagasan utama itu sendiri berasal dari kalimat utama yang merupakan pemikiran murni dari si penulis bukan berupa opini, kutipan ataupun data.
Meski begitu, setidaknya dari beberapa paragraf ada kalimat-kalimat yang mewakili pokok dari tulisan atau sebagai gagasan utamanya. Tentukan gagasan utama yang esensial agar nantinya saat kita menulis resume tidak melebar dan tidak terlalu panjang. Kemudian setelah gagasan-gagasan utama telah kita catat semua, gagasan-gagasan itu harus disusun teratur atau sesuai dengan urutan isi jurnal. Lihat bagian daftar isi untuk memastikan urutan isi jurnal yang benar.

3.      Mulai Menulis Ringkasan (Resume)
Pergunakanlah gambaran umum tentang keseluruhan isi jurnal/naskah yang telah terbayang diotak kita dan hasil pencatatan gagasan utama tadi untuk dibuat resume. Ingat yah, urutan paragraf untuk pembuatan resume harus sesuai dengan naskah aslinya. Kalau di jurnal biasanya kan banyak sub babnya, kita gak perlu ikutin jurnal untuk membuat poin-poin sub bab juga karena resume merupakan ringkasan singkat jadi buatlah resume dalam bentuk paragraf demi paragraf saja.
Tapi memang ada juga yang cara pembuatan resume jurnal  dalam bentuk tabel agar lebih mudah dibuat namun saya lebih memilih dalam bentuk kalimat paragraf per paragraf agar terlihat lebih berkesinambungan ketika dibaca. Kemudian kalimat-kalimat dalam resume yang kita buat adalah kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari naskah aslinya. Tetapi kita tidak boleh menyelipkan pendapat pribadi kita di dalam resume apalagi jika pendapat tersebut berlawanan dengan isi jurnal asli, haram hukumnya. Pembuat resume hanya boleh menulis yang sesuai dengan jalan pemikiran si penulis asli. Jika gagasan-gagasan kita masih terasa rancu, silakan liat naskah aslinya lagi. Sebisa mungkin untuk tidak menggunakan kalimat asli penulisnya karena kalimat asli penulisnya hanya boleh digunakan bila kalimat itu dianggap penting (merupakan kaidah, kesimpulan, ataupun perumusan padat). Dan gak perlu pakai bahasa tingkat dewa (bahasa yang sulit dimengerti) dalam membuat resume agar resume kita bisa dibaca oleh siapa saja tanpa memandang status pendidikan. Akan lebih baik jika tulisan kita bisa diterima oleh berbagai lapisan masyarakat,  jadi gunakan bahasa yang mudah dicernah oleh siapapun. Dan saat kita sedang membuat resume, hindari juga kutipan. Kutipan yang berada pada jurnal adalah kutipan milik si penulis jurnal karena si penulis membuat jurnal atas dasar melakukan penelitian dengan menggunakan teori dari orang yang dikutipnyaDalam pembuatan resume gak perlu membuat kalimat yang bertele-tele dan gak perlu berpanjang lebar menjelaskan karena penjelasan secara mendetail sudah ada di dalam naskah asli. Jadi buatlah tulisan ringkasan yang padat tapi mewakili keseluruhan isi.
4.      Membaca Kembali Ringkasan (Resume) Yang Telah Dibuat
Setelah selesai membuat resume, baca kembali resume kita untuk memeriksa apakah ada kesalahan penulisan atau tidak. Resume juga perlu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Gunakan ejaan dan tanda baca yang tepat. Kemudian periksa kembali apakah resume buatan kita bersesuaian dengan naskah asli atau tidak.[10]

F.     Teknik Penulisan Karya Ilmiah
1.      Konsep Karya Ilmiah
Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari bersifat ilmu. Dengan demikian karya ilmiah berarti kerja atau hasil kerja berdasarkan ilmu atau kerja yang bersifat ilmu.
Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan metode-metode ilmiah. Metode ilmiah dilakukan untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah harus berisi kebenaran ilmiah. Jadi, karya ilmiah adalah karya yang disusun dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran ilmiah.[11]
Kebenaran ilmiah akan tercapai apabila diperoleh dari pemikiran yang rasional (logis) dan dapat dibuktikan secara empiris. Pemikiran yang rasional merpakan pemikiran yang disertai dengan penalaran yang logis (diterima akal sehat). Penalaran yang ilmiah harus di sertai dengan informasi (pengetahuan) yang tepercaya. Sedangkan empiris maksudnya pemikiran yang disertai dengan bukti-bukti dan fakta-fakta.



2.      Karakteristik Karya Ilmiah
Sesuai dengan uraian di atas, karya ilmiah berkarakteristik:
a.       Objektif, artinya karya ilmiah harus relistis, apa adanya, sesuai objeknya, tidak ada   rekayasa, dan tidak pula memasukkan unsure-unsur subjektivitas penulis.
b.      Faktual, artinya karya ilmiah harus didasarkan pada fakta dan dapat pula dibuktikan.
c.       Rasional dan logis, artinya karya ilmiah harus dapat diterima secara akal dan berisi penalaran-penalaran ilmia.
d.      Ilmiah, artinya karya ilmiah harus didasarkan pada bidang keilmuan dan prosedur ilmiah,.
e.       Sistematis, artinya karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan sistematika yang baik.
f.       Manfaat, artinya karya ilmiah harus mempunyai manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis dan pihak-pihak yang memerlukan, bahkan bermanfaat secara universal, dan bermanfaat praktis.[12]




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Karya ilmiah berarti kerja atau hasil kerja berdasarkan ilmu atau kerja yang bersifat ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan metode-metode ilmiah. Metode ilmiah dilakukan untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah harus berisi kebenaran ilmiah. Jadi, karya ilmiah adalah karya yang disusun dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran ilmiah.
Kebenaran ilmiah akan tercapai apabila diperoleh dari pemikiran yang rasional (logis) dan dapat dibuktikan secara empiris. Pemikiran yang rasional merpakan pemikiran yang disertai dengan penalaran yang logis (diterima akal sehat). Penalaran yang ilmiah harus di sertai dengan informasi (pengetahuan) yang tepercaya. Sedangkan empiris maksudnya pemikiran yang disertai dengan bukti-bukti dan fakta-fakta.

B.     Saran
Kami mohon kepada para pembaca khususnya kepada dosenpengampu untuk memberikan kritik atau masukan yang membangun demi tersusunnya makalah ini dapat tersusun secara sempurna, karena kami yakin dengan kelemahan atau kekurangan pengetahuan kami tentang penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan.








DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer, Ragam Bahasa Ilmiah, (Jakarta:Rineka Cipta, 2011)

Alek dan Achmad H.P. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: Kencana, 2011)

Asih Anggarani dkk, Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006)

Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997)



Nana Sudjana, Menyusun Karya Tulis Ilmiah, (Bandung: Sinar Baru, 1991)

Romli, Bahan Ajar Bahasa Indonesia, (Institut Agama Islam Negeri Metro, 2018)

Wahyu Wibowo, Piawai Menembus Jurnal Terakreditasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)

Wasito, Hermawan, 1997, Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997)




[1] Romli, Bahan Ajar Bahasa Indonesia, (Institut Agama Islam Negeri Metro, 2018), hal.184-184
[2] Asih Anggarani dkk, Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006),hal.124
[3] Asih Anggarani dkk, Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi,hal.123
[4] Asih Anggarani dkk, Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi,hal. 125-126
[5] Abdul Chaer, Ragam Bahasa Ilmiah, (Jakarta:Rineka Cipta, 2011),h.181-187
[6] Wahyu Wibowo, Piawai Menembus Jurnal Terakreditasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal.7
[7] Nana Sudjana, Menyusun Karya Tulis Ilmiah, (Bandung: Sinar Baru, 1991), hal. 55
[9] Alek dan Achmad H.P. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: Kencana, 2011),hal.77-79
[11] Drs.Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997).hal.103-106
[12] Wasito, Hermawan, 1997, Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hal 36-37.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tekhnik Membuat Laporan, Karya Ilmiah, Kliping dan Populer"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel