DEFINISI AQIDAH AKHLAK


MAKALAH
AQIDAH AKHLAK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Aqidah Akhlak

Dosen Pengampu: Dr. Akla, M. Pd. dan Siti Fatimah, M. Pd.



Disusun Oleh Kelompok 1:
Annisa Zal Sabilla                 (1801011017)
Ikma Isfatul Jannah             (1801010055)
Imam Purniawan                  (1801011064)



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
T.A. 2019/2020





KATA PENGANTAR

Alhamdulillah syukur tak terputus kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Nikmat-Nya yang begitu deras mengalir mengantarkan manusia pada hilir kesadaran bahwa kasih yang dilimpahkan bersifat universal sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Aqidah Akhlak Tentang Definisi serta Urgensi Aqidah Akhlak.
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Akla, M. Pd. selaku dosen mata kuliah Aqidah Akhlak atas dedikasinya kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dikemudian hari untuk pembaca di masa yang akan datang.




Penyusun, 15 Februari 2019


Kelompok 1







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C.     Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.  Definisi Aqidah Akhlak............................................................................... 3
B.  Urgensi Aqidah Akhlak............................................................................... 6
BAB III PENUTUP............................................................................................. 14
A.  Kesimpulan................................................................................................. 14
B.  Saran........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Aqidah dan Akhlak merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat di dalam al-Qur’an dan hadits. Islam mengajarkan setiap manusia hanya untuk menyembah allah saja. Aqidah itu sendiri merupakan keyakinan atau keimanan. Iman yang benar memiliki pengaruh yang sangat menentukan terhadap kesuksesan hidup manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia atau di akhirat.
Keyakinan (keimanan) memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena itu keimanan menjadi aspek pertama dan terpenting untuk menjadi seseorang muslim sejati. Muslim berarti patuh dan taat kepada Allah, patuh dan taat tidak mungkin tumbuh dalam diri seseorang jika ia tidak memiliki keyakinan dan keimanan kepada Kalimat Tauhid.  
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia sangat penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, begitu pila sebaliknya.
Dasar hidup manusia selalu ingin mencari kebahagiaan, karena itu Allah memerintahkan untuk fastabiqul khoirot di dunia dan akhirat. Untuk mencapai kebahagiaan, manusia mencari jalan sesuai syari’at maka ia dapat sampai pada tujuannya, jalan itu adalah agama (Din Al-Islam). Ajaran agama Islam bersumber kepada norma-norma pokok yang dicantumkan di dalam al-Qur’an dan sunnah Rasul SAW.sebagai uswatun hasanah yang memberikan contoh mempraktikan al-Qur’an, menjelaskan ajaran al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari sebagai sunnah Rasul.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi aqidah ?
2.      Apa definisi ahlak?
3.      Apa yang di maksud urgensi aqidah?
4.      Apa yang di makusd urgensi ahlak?

C.    Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan pembuatan makalah ini adlah untuk memenuhi kewajiban kami sebagai mahasiswa yang harus menyelesaikan salah satu tugas dalam mata kuliah Aqidah Akhlak. Serta untuk mengetahui tentang Aqidah Akhlak dalam Islam dan urgensinya sehingga dapat mengaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Aqidah
Dalam kamus al-Munawwir, secara etimologi, aqidah berakar dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqiidatan berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh. Setelah terbentuk ‘aqidah berarti keyakinan. Alasan digunakan kata aqidah untuk mengungkapkan kepercayaan atau keyakinan adalah karena kepercayaan merupakan pangkal dan sekaligus merupakan tujuan dari segala perbuatan mukalaf.[1]
Menurut beberapa pendapat para ulama mengenai ilmu aqidah, yaitu:
a.       Syekh Muhammad Abduh mengungkapkan bahwa ilmu aqidah adalah ilmu yang mempelajari tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib etap ada pada-Nya, juga membahas tentang Rasul-rasul Nya, meyakinkan tentang apa yang wajib ada pada mereka, apa yang boleh dihubungkan pada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkan pada diri mereka.
b.      Menurut Ibnu Khaldun, ilmu aqidah adalah ilmu yang mempelajari kepercayaan-kepercayaan iman dengan dalil-dalil akal dan mengemukakan alasan untuk menolak kepercayaan yang bertentangan dengan kepercayaan golongan salaf dan ahlissunnah.
c.       Mahmud Syaltut mendefinisikan aqidah Islam adalah suatu sistem kepercayaan dalam Islam, yakni sesuatu yang harus diyakini sebelum apa-apa, dan sebelum melakukan apa-apa, tanpa ada keraguan sedikitpun, dan tanpa ada unsur yang mengganggu kebersihan keyakinan.
Jadi, menurut penulis arti Aqidah dari beberapa pendapat para ulama diatas adalah Aqidah merupakan iman atau keyakinan kita kepada Allah yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya, karena itu Aqidah selalu dikaitkan dengan Rukun Iman yang merupakan asas dari seluruh ajaran Islam.[2]
1.      Dalil / Landasan dalam Aqidah
Dalam mempelajari Ilmu aqidah, harus pada landasan yang kuat dan benar yang disebut dalil, yang terdiri dari dua macam, yaitu:
a.      Dalil Aqli
Dalil aqli adalah dalil yang didasarkan pada akal pikiran. Yaitu cara berpikir yang sehat dan benar. Dalil aqli juga digunakan untuk mempelajari ilmu Aqidah karena Aqidah Islam berlaku bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat.
b.      Dalil Naqli
Dalil naqli bersifat Qoth’i (pasti), dalil naqli ada dua yaitu al-Qur’an dan Hadits Rasul. Hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh akal, cukup diyakini kebenarannya tanpa harus membuktikan dengan akal.
2.      Objek Kajian Ilmu Aqidah
Aqidah jika dilihat dari sudut pandang sebagai ilmu sesuai konsep ASWAJA meliputi topik-topik: Tauhid, Iman, Islam, masalah ghaibiyyat, kenabian, takdir, berita-berita (tentang hal yang telah lalu dan yang akan datang), dan dasar-dasar hukum yang qoth’i[3].
Disiplin ilmu aqidah ini mempunyai nama lain, dan nama-nama tersebut berbeda antara Ahlus Sunnah dengan firqoh-firqoh lainnya.
Penanaman Aqidah menurut Ahlus Sunnah
1.      Al-Iman
Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang disebukan dalam al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW., karena aqidah membahas rukun iman.

2.      Aqidah (I’tiqaad dan ‘Aqqaid)
Para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut ilmu aqidah dengan istilah ‘Aqidah Salaf: Aqidah Ahlul Atsar dan al-I’tiqaad di dalam kitab-kitab mereka.[4]
3.      Tauhid
‘Aqidah dinamakan dengan tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyah, Uluhiyah dan Asma wa Shifat. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu ‘aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya. Oleh karena itu, ilmu ini disebut dengan ilmu tauhid secara umum menurut ulama salaf.
4.      As-Sunnah
    As-Sunnah artinya jalan. Aqidah Salaf disebut As-Sunnah karena para penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah SAW. dan para sahabat di dalam masalah aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah masyhur pada tiga generasi pertama.
5.      Ushuluddin dan Ushuluddiyanah
    Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah yang qath’i serta hal-hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama.[5]
6.      Al-Fiqhul Akbar
    Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqhul Asghar, yaitu kumpulan hukum-hukum ijtihad.
7.      Asy- Syari’ah
    Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. dan Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah Ushuluddin (masalah-masalah aqidah).

3.      Tujuan Aqidah Islam
     Menurut Syaikh Utsmainin, tujuan mempelajari, menghayati, serta meyakini Aqidah Islam sebagai berikut.[6]
a.       Meluruskan niat dalam ibadah kepada Allah SWT.
b.      Membersihkan kegelisahan dan kegalauan jiwa dan akal pikiran yang timbul dari kekososngan hati dari aqidah Islam.
c.       Bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah dengan tidak menghilangkan kesempatan untuk fastabiqul khoirot.
d.      Meraih kebahagiaan dunia dengan ketenangan hati dan akhirat mendapat kenikmatan di surga.
4.      Ruang Lingkup Aqidah
Menurut Hasan al-Banna, ruang lingkup aqidah meliputi:
a.      Ilahiyat
b.      Nubuwat
c.       Ruhaniyat
d.      Sami’iyyat.

B.     Definisi Akhlak
Menurut etimologi akhlak ialah bentuk jama’ dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Akhlak disamakan dengan kesusilaan atau sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh.[7]
Dalam kamus Al-Munjid, khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama, ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata susila.[8]
Dilihat dari sudut istilah, para ahli berbeda pendapat, namun intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat-pendapat tersebut sebagai berikut.[9]
1.      Abdul Hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.
2.      Ibrahim Anis mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan baik buruknya.
3.      Ahmad amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk.
4.    Soegarda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan, dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliqnya dan terhadap sesama manusia.
Jadi, khuluq (budi pekerti) atau akhlak sebagai suatu keadaan atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini timbulah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran.
 Dapat dirumuskan bahwa akhlak adalah ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia, dan makhluk sekelilingnya.
1.      Sumber-Sumber Ajaran Akhlak
Sumber ajaran akhlak ialah al-Qur’an dan hadits. Tingkah laku Nabi Muhammad merupakan contoh suri teladan bagi umat manusia semua. Ini ditegaskan oleh Allah dalam QS. Al-Ahzab: 21:
Tentang akhlak pribadi Rasulullah dijelaskan oleh Aisyah ra. Diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dari Aisyah ra. Berkata: Sesungguhnya akhlak Rasulullah iyu adalah Alqur’an. (HR. Muslim). Hadis Rasulullah meliputi perkataan dan tingkah laku beliau, merupakan sumber akhlak yang kedua setelah Alqur’an. Allah berfirman dalam QS. An-Najm:3-4:
Jika telah jelas bahwa Alquran dan hadits Rasul adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul karimah dalam ajaran Islam.
2.      Ruang Lingkup Pembahasan Akhlak
a.      Perasaan Akhlak
Perasaan akhlak ialah kekuatan seseorang dapat mengetahui sesuatu perilaku, sesuaikah ia dengan akhlak baik atau tidak. J.J. Rousseau (sosiolog Prancis), mengatakan bahwa suara hati (diamer) adalah petunujuk yang terpercaya dan terpelihara dari kekeliuran (ma’shum). Menurut John Locke bahwa suara hati itu berbeda-beda menurut beberapa peraturan, ia menyimpulkan sebagai berikut.[10]
1)      Specification (tertentu), yaitu berpandangan sempit.
2)      Spiritual (situasi spiritual). Kalau pada zaman dahulu orang hanya melihat kepada yang di luar atau kepada barang-barang yang di luar saja, tetapi sekarang orang mementingkan sesuatu luar dalam.
3)      Universal (sesuatu yang umum) ini sifatnya sudah mendunia. Jadi, tendensinya ialah ke arah persamaan manusia seluruhnya.
b.      Pendorong Akhlak
Pendorong (stimulant), yaitu kekuatan yang menjadi sumber kelakuan akhlak (moral action). Setiap kelakuan manusia yang bersifat iradah, mempunyai tujuan tertentu. Pendorong akhlak dapat berupa kebaikan, kebenaran, tingkah laku mulia, dan sifat-sifat terpuji. Pendorong akhlak ini perlu dikembangkan kepada manusia dalam melakukan aktivitas hidupnya. Sebab  jika pendorong akhlak ini tidak tumbuh dan tidak berkembang pada diri manusia, maka ia tidak mengetahui apakah perbuatannya termasuk berakhlak baik atau sebaliknya.

c.       Tujuan Akhlak
Tujuan ialah sesuatu yang dikehendaki, baik individu maupun kelompok. Tujuan akhlak yang dimaksud ialah melakukan sesuatu atau tidak melakukannya, yang dikenal dengan istilah Al-Ghayah, dalam bahasa Inggris disebut the high goal, dalam bahasa Indonesia lazim disebut dengan ketinggian akhlak.
Al-Ghazali menyebutkan bahwa ketinggian akhlak merupakan kebaikan tertinggi. Kebaikan-kebaikan dalam kehidupan semuanya bersumber pada empat macam:
1)      Kebaikan jiwa
2)      Kebaikan dan keutamaan badan
3)      Kebaikan eksternal (al-khairiyyah)
4)      Kebaikan bimbingan (taufik-hidayah).
Jadi, tujuan akhlak diharapkan untuk mencapai dunia dan akhirat bagi pelakunya sesuai ajaran Alquran dan hadits. Ketinggian akhlak terletak pada hati yang sejahtera (qalbun salim) dan pada ketentraman hati (rahatul qalbi).
d.      Pokok-Pokok Ilmu Akhlak
Pokok pembahasan ilmu akhlak ialah tingkah laku manusia untuk menetapkan nilainya, baik atau buruk. Dilihat dari seluruh aspek kehidupan manusia, maka perbuatan manusia, maka perbuatan manusia dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1)      Perbuatan yang lahir dengan kehendak dan disengaja:
2)      Perbuatan yang lahir tanpa kehendak dan tidak disengaja.
Untuk menetapkan apakah suatu perbuatan itu lahir dengan kehendak dan disengaja, dan bagaimana menilainya, berikut ini beberapa syarat yang perlu diperhatikan.
1)      Situasi memungkinkan adanya pilihan (bukan karena paksaan). Ini disebabkan karena adanya kemauan bebas, sehingga tindakan dilakukan dengan senagaj.
2)      Sadar apa yang dilakukan, yakni ia melakukan perbuatan bukan karena gerak refleks dan dapat membedakan mengenai nilai perbuatan baik-buruknya.
Adapun pokok ajaran ilmu akhlak adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari orang yang melaksanakan dengan sadar, disengaja dan ia mengetahui waktu melakukannya, akibat dari apa yang dia perbuat.
3.      Pembagian Akhlak
Ada dua jenis pembagian akhlak dalam Islam, yaiu akhlakul karimah dan akhlakul madzmumah[11].
a.      Akhlaqul Karimah (akhlak terpuji)
Adapun jenis-jenis akhlaqul karimah sebagai berikut.
1)      Al-Amanah (sifat jujur dan dapat dipercaya)
2)      Al-Alifah (sifat yang disenangi)
3)      Al-‘Afwu (sifat pemaaf)
4)      Anie Satun (sifat manis muka)
5)      Al-Khairu (kebaikan atau erbuat baik)
6)      Al-Khusyu’ (tekun bekerja sambil menundukkan diri berdzikir kepada-Nya)
b.      Akhlaqul Madzmumah (Akhlak Tercela)
Adapun jenis-jenis Akhlaquk Madzmumah sebagai berikut.
1)      Ananiyah (sifat egoistis)
2)      Al-Baghyu (suka obral diri pada lawan jenis yang tidak hak/melacur)
3)      Al-Bukhlu (sifat bakhil, kikir, terlalu cinta harta)
4)      Al-Kadzab (sifat pendusta atau pembohong)
5)      Al-Khamru (gemar minum-minuman yang mengandung alkohol)
6)      Al-Khiyanah (sifat penghianat)
7)      Azh-Zhulmun (sifat aniaya)
8)      Al-Jubnu (sifat pengecut).
C.    Urgensi Aqidah Akhlak
Urgensi dilihat dari bahasa latin bernama “urgere” yaitu kata [12]kerja yang berarti mendorong dan jika dilihat dari bahasa Inggris bernama “urgent” yang memiliki arti kata sifat. Menurut KBBI, urgensi adalah hal yang sangat penting atau keharusan yang sangat mendesak untuk diselesaikan, dengan demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindak lanjuti.
1.      Urgensi Aqidah
Aqidah adalah penggerak semua aktifitas manusia. Sikap dan perbuatan manusia pada pasarnya adalah cermin dan  keyakinannya.
Selanjutnya, akidah  menjadi penting karena dua hal: pertama, akidah adalah bagian terpenting dlam ajaran islam ini diumpamakan jasad, maka imaan adalah ruhnya. Ia adalah jantung yang mempompa darah kehidupan kesekujur badan.sama halnya dengan akidah. Dialah yang menjadi ruh ajaran islam. Berdasarkan imanlah seseorang akan dinilai dihadapan allah.
Kedua,akidah mempunyai manfaat yang besar dalam kehidupan. Hidup ini sangat labil, penuh dengan ujian dan cobaan. untuk menghadapi situasi semacam ini manusia memerlukan pegangan yang kokoh.
2.      Urgensi Ahlak
Pentingnya ahlak dalah untuk membentuk manusia menjadi budi pekerti yang baik dan sopan,santun,ramah,dan senagainya.hal hal yang penting dalam ahlak , diantaranya:
a.       Akhlak kepada sang pencipta (ALLAH)
Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan manusia dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan hidup manusia selalu ketergantungan [13]dengan yang lain. Dan tumpuaan serta ketergantungan adalah sang maha kuasa,yang perkasa, yang maha bijaksana.
Secara moral manusiawi, manusia mempunyai kewajiban kepada Allah sebagai khaliknya, yang terlah memberi kehikmatan yang tak terhitung jumlahnya.
b.      Akhlak terhadap sesama
1.      Ahlak terhadap orang tua
      Ibu dan Ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anaknya, dan mereka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya jasa mereka tidak dapat dihitung daii dibandingkan dengan harta,kecuali mengambalikan mereka menjadi orang merdeka sebagai manusia mempunyai hak kemanusiaan yang penuh.
2.      Ahlak terhadap tetangga
      Kita tidak bis hidup sendirian, dan sudah semestinya hidup kita saling bergantung satusama lain. Dan juga sudah semestinya agar kita berahlak yang baik kepada tetangga-tetangga kita yaitu
-          Berbuat baik kepada tetangga
-          Saling bertolong menolong
-          Tidak memburuk- burukkan tetangga yang mungkin melakukan kesalahan.dll
3.      Ahlak dalam bermasyarakat
      Ahlak mulia merupakan ahlak ahlak yang berlaku dan berlangsung diatas jalur Al-Qur’an dan perbuatan Nabi Muhammad SAW.
c.       Ahlak terhadap lingkungan atau alam sekitar
      Manusia hidup memerlukan lingkungan krena memang manusia hidup didalam lingkungan.kahar mansyur mengemukakan Pengertian lingkungan adalah : sekeliling sedangkan pengertian hidup adalah ia terus ada,bergerak dan bekerja. Jadi lingkungan hidup ialah keadaan sekeliling dari kehidupan manusia dimuka bumi ini.








BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Definisi Aqidah Dalam kamus al-Munawwir, secara etimologi, aqidah berakar dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqiidatan berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh. Setelah terbentuk ‘aqidah berarti keyakinan.
2.      Definsi Ahlak Menurut etimologi akhlak ialah bentuk jama’ dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Akhlak disamakan dengan kesusilaan atau sopan santun.
3.      Urgensi Aqidah adalah penggerak semua aktifitas manusia. Sikap dan perbuatan manusia pada pasarnya adalah cermin dan  keyakinannya.
4.       
B.     SARAN
Di harapkan setelah membaca makalah ini dapat berguna dan pembaca dapat mengetahui tentang pengertian dan urgensi tentang aqidah ahlak.





DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Khamzah. 2014. aqidah Akhlak. Sragen: Akik Pustaka.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas.2014. Syarah ‘AQIDAH Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. Cet. XII.

Muhammad Yatimin Abdullah. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif AlQuran. Jakarta: Sinar Grafika Offset.



[1] Muhammad Khamzah. 2014. aqidah Akhlak. Sragen: Akik Pustaka, hlm. 3
[2] Ibid, hlm.4
[3] Yazid bin Abdul Qadir Jawas.2014. Syarah ‘AQIDAH Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. Cet. XII, hlm. 28
[4] Ibid, hlm. 29
[5] Ibid, hlm. 30
[6] Muhammad Khamzah. 2014. Aqidah Akhlak. Sragen: Akik Pustaka, hlm. 7
[7] Muhammad Yatimin Abdullah. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif AlQuran. Jakarta: Sinar Grafika Offset, hlm. 2
[8] Ibid, hlm. 3
[9] Ibid, hlm. 4
[10] Ibid, hlm. 7
[11] Ibid, hlm. 12
[12] Ibid , hlm. 13
[13] Ibid , hlm, 14

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "DEFINISI AQIDAH AKHLAK"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel