Model Penelitian Keagamaan
MAKALAH
MODEL PENELITIAN KEAGAMAAN
Makalah ini Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu:
Aliyandi A. Lumbu, S.Sos,M.Kom.I
Disusun Oleh:
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H/ 2018 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang
telah melimpahkan Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya kapada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan sesuai waktu yang telah
ditentukan dengan judul “Model Penelitian Keagamaan”.
Penyelesaian tugas ini tentunya
penulis telah banyak mendapat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, maka
dari itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih
kepada dosen pengampu Bapak Aliyandi A. Lumbu, S.Sos,M.Kom.I dan seluruh
rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis menyadari penulisan ini
masih banyak kesalahan dan kekeliruan, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk
perbaikan tugas kedepannya.
Demikian yang dapat penlulis
sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
bagi penulis sendiri khusunya. Amin.
Metro, 16 Oktober
2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Arti Penelitian Agama....................................................................... 3
B. Agama Sebagai Doktrin.................................................................... 4
C. Agama Sebagai Produksi Budaya..................................................... 5
D. Agama Sebagai Produk Interaksi
Sosial............................................ 7
E. Penelitian Agama dan Penelitian
Keagamaan................................... 8
F. Kontruksi Teori Penelitian
Keagamaan............................................. 9
G. Model-Model Penelitian Keagamaan................................................ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebenarnya penelitian
Agama sudah dilakukan beberapa abad yang lalu namun hasil penelitiannya masih
dalam bentuk aktual atau perbuatan saja belum dijadikan sebagai ilmu. Setelah
bertambahnya gejala-gejala agama yang berbentuk sosial dan budaya, ternyata
penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu yang khusus dalam rangka menyelidiki
gejala-gejala agama tersebut.
Perkembangan
penelitian Agama pada saat ini sangatlah pesat karena tuntutan-tuntutan
kehidupan sosial yang selalu mengalami perubahan. Kajian-kajian agama memerluka
relevansi dari kehidupan sosial berlangsung, permasalahan-permasalahan seperti
inilah yang mendasari perkembangan penelitian-penelitian Agama guna mencari
relevansi kehidupan sosial dan agama.
Dewasa ini penelitian
Agama diisi dengan penjelasan mengenai kedudukan penelitian Agama dalam konteks
penelitian pada umumnya, elaborasi mengenai penelitian Agama dan penelitian
keagamaan dan konstruksi teori penelitian keagamaan, dari beberapa penjelasan
singkat tersebut maka pemakalah perlu mengkaji secara rinci terhadap penjelasan
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang,
dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:
1.
Apa arti penelitian
Agama?
2.
Apakah Agama sebagai
Doktrin?
3.
Apakah Agama sebagai
Produksi Budaya?
4.
Apakah Agama sebagai
Produk Interaksi Sosial?
5.
Bagaimana perbedaan
antara penelitian agama dan penelitian keagamaan?
6.
Bagaimana Kontruksi Teori Penelitian Keagamaan?
7.
Bagaimana model-model
penelitian keagamaan?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui arti penelitian
Agama
2. Untuk menetahui Agama sebagai
Doktrin
3. Untuk mengetahui Agama sebagai
Produksi Budaya
4. Untuk mengetahui Agama sebagai
Produk Interaksi Sosial
5. Untuk mengetahui perbedaan antara
penelitian agama dan penelitian keagamaan
6. Untuk
mengetahui Kontruksi Teori Penelitian Keagamaan
7. Untuk mengetahui model-model
penelitian keagamaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Penelitian Agama
Penelitian (research)
adalah upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu masalah dan
menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu, penelitian juga berarti upaya
pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan. Pengetahuan
manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan kajian-kajian sehingga terdapat
penemuan-penemuan, sehingga ia siap merevisi pengetahuan-pengetahuan masa lalu
melalui penemuan-penemuan baru.[1]
Penelitian itu sendiri dipandang sebagai kegiatan ilmiah karena menggunakan
metode keilmuan. Sedangkan metode ilmiah sendiri adalah usaha untuk mencari
jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan kesangsian sistematis.[2]
Sedangkan penelitian
agama sendiri menjadikan agama sebagai objek penelitian yang sudah lama
diperdebatkan. Harun Nasution menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa agama,
karena merupakan wahyu, tidak dapat menjadi sasaran penelitian ilmu sosial, dan
kalaupun dapat dilakukan, harus menggunakan metode khusus yang berbeda dengan
metode ilmu sosial.[3]
Hal yang sama juga
dijelaskan oleh Ahmad Syafi’i Mufid dalam Hakim dan Mubarak menjelaskan bahwa
agama sebagai objek penelitian pernah menjadi bahan perdebatan, karena agama
merupakan sesuatu yang transenden. Agamawan cenderung berkeyakinan bahwa agama
memiliki kebenaran mutlak sehingga tidak perlu diteliti.[4]
B. Agama Sebagai Doktrin
Kata doktrin
berasal dari bahasa inggris doctrine yang berarti ajaran. Dari kata
doctrine itu kemudian
dibentuk kata doktina;, yang berarti yang berkenaan dengan ajaran atau bersifat
ajaran.
Selain kata doctrine sebgaimana disebut diatas,
terdapat kata doctrinaire yang berarti yang bersifat teoritis yang tidak
praktis. Contoh dalam hal ini misalnya doctrainare ideas ini berrati
gagasan yang tidak praktis.[5]
Islam di definisikan oleh sebagian ulama sebagai
berikut: "al-Islamu wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin
Sallahu`alaihi wasallam lisa`adati al-dunya wa al-akhirah" (Islam
adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat).[6]
Berdasarkan pada definisi Islam sebagaimana di
kemukakan di atas, maka inti dari Islam adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang
dimaksud di atas adalah al-Qur`an dan al-Sunnah. Al-Qur`an yang kita sekarang
dalam bentuk mushaf yang terdiri tiga puluh juz, mulai dari surah al-Fatihah
dan berakhir dengan surah al-Nas, yang jumlahnya 114 surah.
Sedangkan al-Sunnah telah terkodifikasi sejak tahun
tiga ratus hijrah. Sekarang ini kalau kita ingin lihat al-Sunnah atau
al-Hadist, kita dapat lihat di berbagai kitab hadist. Misalnya kitab hadist
Muslim yang disusun oleh Imam Muslim, kitab hadist Shaleh Bukhari yang ditulis
Imam al-Bukhari, dan lain-lain.
Dari kedua sumber itulah, al-Qur`an dan al-Sunnah,
ajaran Islam diambil. Namun meski kita mempunyai dua sumber, sebagaimana
disebut diatas, ternyata dalam realitasnya, ajaran Islam yang digali dari dua
sumber tersebut memerlukan keterlibatan tersebut dalam bentuk ijtihad.
Dengan ijtihad ini, maka ajaran berkembang. Karena
ajaran Islam yang ada di dalam dua sumber tersebut ada yang tidak terperinci,
banyak yang diajarkan secara garis besar atau global. Masalah-masalah yang
berkembang kemudian yang tidak secara terang disebut di dalam dua sumber itu di
dapatkan dengan cara ijtihad.
Dengan demikian, maka ajaran Islam selain termaktub
pula di dalam penjelasan atau tafsiran-tafsiran para ulama melalui ijtihad itu.
Hasil ijtihad selama tersebar dalam semua bidang,
bidang yang lain. Semua itu dalam bentuk buku-buku atau kitab-kitab, ada kitab
fiqih, itab ilmu kalam, kitab akhlaq, dan lain-lain.
Sampai disini jelaslah, bahwa ternyata ajaran Islam
itu selain langsung diambil dari al-Qur`an dan al-Sunnah, ada yang diambil
melalui ijtihad. Bahkan kalau persoalan hidup ini berkembang dan ijtihad terus
dilakukan untuk mencari jawaban agama Islam terhadap persoalan hidup yang belum
jelas jawabannya di dalam suatu sumber yang pertama itu. Maka ajaran yang
diambil dari ijtihad ini semakin banyak.
C. Agama Sebagai
Produksi Budaya
Agama
merupakan kenyataan yang dapat dihayati. Sebagai kenyataan, berbagai aspek perwujudan agama
bermacam-macam, tergantung pada aspek yang dijadikan sasaran studi dan tujuan
yang hendak dicapai oleh orang yang melakukan studi.
Cara-cara
pendekatan dalam mempelajari agama dapat dibagi ke dalam dua golongan besar,
yaitu model studi ilmu-ilmu social dan model studi budaya. Untuk yang pertama
telah dibahas didalam sub bab yang lalu, sedagkan yang kedua akan menjadi
pembahasan saat ini.
Tujuan
mempelajari agama Islam juga dapat dikategorikan ke dalam dua macam, yang
pertama, untuk mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkan. Kedua, untuk
obyek penelitian. Artinya, kalau yang pertama berlaku khusus bagi umat Islam
saja, baik yang masih awam, atau yang sudah sarjana. Akan tetapi yang kedua
berlaku umum bagi siapa saja, termasuk sarjana-sarjana bukan Isalam, yaitu
memahami. Akan tetapi realitasnya ada yang sekedar sebagai obyek penelitian
saja.
Untuk
memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus melalui dua model, yaitu
tekstual dan konstektual. Tekstua, artinya memahami Islam melalui wahyu yang
berupa kitab suci. Sedangkan kontekstual berarti memahami Islam lewat realitas
social, yang berupa perilaku masyarakat yang memeluk agama bersangkutan.
Studi budaya
di selenggarakan dengan penggunaan cara-cara penelitian yang diatur oleh
aturan-aturan kebudayaan yang bersangkutan.
Kebudayaan
adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai mahkluk
social yang isinya adalah perangkat-perangkat model-model pengetahuan yang
secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterprestasi lingkungan
yang di hadapi, dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang
diperlukan.
Islam
merupakan agama yang diwahyukan Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW.sebagai
jalan hidup untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Agama islam
disebut juga agama samawi . selain agama Islam, Yahudi dan Nasrani juga
termasuk ke dalam kategori agama samawi. Sebab keduanya merupakan agama
wahyu yang diterima Nabi Musa dab Nabi Isa sebagai utusan Allah yang menerima
pewahyuan agama Yahudi dan Nasrani.
Agama wahyu
bukan merupakan bagian dari kebudayaan. Demikian pendapat Endang Saifuddin
Anshari yang mengatakan dalam suatu tulisannya bahwa:
“Agama samawi
dan kebudayaan tidak saling mencakup; pada prinsipnya yang satu tidak merupakan
bagian dari yang lainnya; masing-masing berdiri sendiri. Antara keduanya tentu
saja dapat saling hubungan dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan
dan penghidupan manusia sehari-hari. Sebagaimana pula terlihat dalam hubungan
erat antara suami dan istri, yang dapat melahirkan putra, namun suami bukan
merupakan bagian dari si istri, demikian pula sebaliknya.”
Islam
sebagai sasaran studi social ini dimaksudkan sebagai studi tentang Islam
sebagai gejala social. Hal ini menyangkut keadaan masyarakat penganut agama
lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala social lainnya yang
saling berkaitan.
Dengan demikian
yang menjadi obyek dalam kaitan dengan Islam sebagai sasaran studi social
adalah Islam yang telah menggejala atau yang sudah menjadi fenomena Islam. Yang
menjadi fenomena adalah Islam yang sudah menjadi dasar dari sebuah perilaku
dari para pemeluknya.
Menurut M.
Atho Mudzhar, agama sebagai gejala social, pada dasarnya bertumpu pada konsep
sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari hubungantimbal balik antara agama
dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agam, dan agama mempengaruhi
masyarakat. Tetapi menurutnya, sosiologi sekarang ini mempelajari bukan masalah
timbale balik itu, melainkan lebih kepada pengaruh agama terhadap tingkah laku
masyarakat. Bagaimana agama sebagai system nlai mempengaruhi masyarakat.[7]
Meskipun
kecenderungan sosiologi agama. Beliau member contoh teologi yang dibangun oleh
orang-orang syi`ah, orang-orang khawarij, orang-orang ahli al-Sunnah wa
al-jannah dan lain-lain. Teologi-teologi yang dibangun oleh para penganut
masing-masing itu tidak lepas dari pengaruh pergeseran perkembangan masyarakat
terhadap agama.
Persoalan
berikutnya adalah bagaimana lita melihat masalah Islam sebagai sasaran studi
social. Dalam menjawab persoalan ini tentu kita berangkat dari penggunaan ilmu
yang dekat dengan ilmu kealaman, karena sesungguhnya peristiwa-peristiwa yang
terjadi mengalami keterulangan yang hampir sama atau dekat dengan ilmu
kealaman, oleh karena itu dapat diuji.
Jadi dengan
demikian menstudi Islam dengan mengadakan penelitian social. Penelitian social
berada diantara ilmu budaya mencoba memahami gejala-gejala yang tidak berulang
tetapi dengan cara memahami keterulangan.
Sedangkan
ilmu kealaman itu sendiri paradigmanya positivism. Paragdima positivism dalam
ilmu ini adalah sesuatu itu baru dianggap sebagai ilmu kalau dapat dimati (observable),
dapat diukur (measurable), dan dapat dibuktikan (verifiable).
Sedangkan ilmu budaya hanya dapat diamati. Kadang-kadang tidak dapat diukur
atau diverifikasi. Sedangkan ilmu social yang diangap dekat dengan ilmu
kealaman berarti juga dapat diamati, diukur, dan diverifikasi.
E. Penelitian Agama dan
Penelitian Keagamaan
Penelitian agama (research
on religious) lebih ditekankan pada aspek pemikiran (thought) dan
interaksi sosial. Pada aspek pemikiran, menggunakan metode filsafat dan
ilmu-ilmu humaniora. Sedangkan pada aspek interaksi sosial, yakni penelitian
keagamaan sebagai produk interaksi sosial, menggunakan pendekatan sosiologi,
antropologi, historia atau sejarah sosial yang biasa berlaku dan sebagainya.
Misalnya : penelitian tentang perilaku jama’ah haji di daerah tertentu,
hubungan ulama dengan keluarga berencana, penelitian tentang perilaku ekonomi
dalam masyarakat muslim.
M. Atho Mudzhar
menyatakan bahwa perbedaan antara penelitian agama dengan penelitian keagamaan
perlu disadari karena perbedaan tersebut membedakan jenis metode penelitian
yang diperlukan. Untuk penelitian agama sebagai doktrin, pintu bagi
pengembangan suatu metodologi penelitian tersendiri sudah terbuka, bahkan sudah
ada yang pernah merintisnya. Adanya ilmu ushul al-fiiqh sebagai metode
untuk istinbath hukum dalam agama islam dan ilmu mushthalah al-hadits
sebagai metode untuk menilai akurasi sabda Nabi Muhammad saw. merupakan bukti
bahwa keinginan untuk mengembangkan metdologi penelitian tersendiri bagi bidang
pengetahuan agama ini pernah muncul.[8]
M. Atho Mudzhar
mengatakan bahwa perbedaan antara penelitian agama dengan penelitian keagamaan
perlu disadari karena perbedaan tersebut membedakan jenis metode penelitian
yang diperlukan. Untuk penelitian agama yang sasarannya adalah agama
sebagai doktrin, pintu bagi pengembangan suatu metodologi penelitian tersendiri
sudah terbuka, bahkan sudah ada yang merintisnya. Adanya ilmu ushul fiqh
sebagai metode istinbath hukum dalam agama Islam dan ilmu musthalahul
hadist sebagai metode untuk menilai akurasi sabda Nabi Muhammad saw
merupakan bukti bahwa keinginan untuk mengembangkan metodologi penelitian
tersendiri bagi bidang pengetahuan agama ini pernah muncul. Persoalan
berikutnya ialah, apakah kita hendak menyempurnakannya atau meniadakannya sama
sekali dan menggantinya dengan yang baru, atau tidak menggantinya sama sekali
dan membiarkannya tidak ada.[9]
Sedangkan untuk
penelitian keagamaan yang sasarannya agama sebagai gejala sosial, kita tidak
perlu membuat metodologi penelitian tersendiri. Ia cukup meminjam metodologi
penelitian sosial yang telah ada.[10]
F. Konstruksi Teori
Penelitian Keagamaan
Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengartikan konstruksi adalah cara
membuat (menyusun) bangunan-bangunan (jembatan dan sebagainya); dan dapat pula
berarti susunan dan hubungan kata di kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan
teori berarti pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu
peristiwa (kejadian); dan berarti pula asas-asas dan hukum-hukum umum yang
dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Selain itu, teori dapat pula
berarti pendapat, cara-cara, dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.[11]
Selanjutnya, dalam
ilmu penelitian teori-teori itu pada hakikatnya merupakan pernyataan mengenai
sebab akibat atau mengenai adanya suatu hubungan positif antara gejala yang
diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam masyarakat, misalnya
kita ingin meneliti gejala bunuh diri. sudah mengetahui tentang teori integrasi
atau kohesi sosial dari Emile Durkheim (seorang ahli sosiologi Perancis
kenamaan), yang mengatakan adanya hubungan positif antara lemah dan kuatnya
integrasi sosial dan gejala bunuh diri dari pengertian-pengertian tersebut,
kita dapat memperroleh suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Ksnstruksi
teori adalah susunan atau bangunan dari suatu pendapat, asas-asas atau hukum-hukum
mengenai sesuatu yang antara suatu dan lainnya saling berkaitan, sehuingga
membentuk suatu banunan.
Dengan demikian,
penelitian mengandung arti upaya menemukan jawaban atas sejumlah masalah
berdasarkan data-data yang terkumpul. Berikutnya, sampailah kita kepada
pengertian agama. Telah banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan seperti antropologi,
psikologi, sosiologi, dan lain-lain yang mencoba mendefinikan agama. R.R. Maret
salah seorang ahli antropologi Inggris, menyatakan bahwa agama adalah yang
paling sulit dari semua perkataan untuk didefinisikan karena agama adalah
menyangkut lebih daripada hanya pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga, dan
dapat memanifestasikan dari menurut segi-segi emosionalnya walaupun idenya
kabur.[12]
G. Model-Model
Penelitian Keagamaan
Model-model
penelitian keagamaan disesuaikan dengan perbedaan antara penelitian agama dan
penelitian hidup keagamaan. Djamari, menjelaskan bahwa kajian sosiologi agama
dengan menggunakan metode ilmiah. Pengumpulan data dan metode yang digunakan
antara lain:[13]
1. Analisis Sejarah
Dalam hal ini,
sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah dapat
menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu lembaga,
dan pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan inti karakter agama dengan
meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang lain.
Pendekatan sejarah
dalam memahami agama dapat membuktikan apakah agama itu masih tetap pada
orisinalitasnya seperti ketika ia baru muncul atau sudah bergeser jauh dari
prinsip-prinsip utamanya. Bila hal itu dihubungkan dengan agama islam maka ia
dapat dimasukkan pada kategori agama yang bertahan konsisten dengan ajaran
seperti pada masa awalnya.[14]
2. Analisis lintas
budaya
Analisis lintas
budaya bisa diartikan dengan ilmu antropologi, karena dilihat dari definisi antropologi
sendiri secara sederhana dapat dikatakan bahwa antropologi mengkaji kebudayaan
manusia.[19]
Islam sebagai agama
yang dibawa oleh Muhammad saw sampai saatnya kini telah melalui berbagai
dimensi budaya dan adat-istiadat. Masing-masing negeri memiliki corak budayanya
masing-masing dalam mengekspresikan agamanya. Karena itu dari segi antropologi
kita dapat memilah-milah mana bagian islam yang merupakan ajaran murni dan mana
ajaran islam yang bercorak lokal budaya setempat.
3. Eksperimen
Penelitian yang
menggunakan eksperimen agak sulit dilakukan dalam penelitian agama. Namun,
dalam beberapa hal,eksperimen dapat dilakukan dalam penelitian agama, misalnya
untuk mengevaluasi perbedaan hasil belajar dari beberapa model pendidikan
agama.
4. Observasi
partisipatif
Dengan partisipasi
dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi perilaku orang-orang dalam konteks
relegius. Baik diketahui atau tidak oleh orang yang sedang diobeservasi. Dan
diantara kelebihannya yaitu memungkinkannya pengamatan simbolik antar anggota
kelompok secara mendalam. Adapun kelemahannya yaitu terbatasnya data pada
kemampuan observer.
5. Riset survei dan
analisis statistik
Penelitian survei
dilakukan dengan penyusunan kuesioner, interview dengan sampel dari suatu
populasi. Sampel bisa berupa organisasi keagamaan atau penduduk suatu kota atau
desa. Prosedur penelitian ini dinilai sangat berguna untuk memperlihatkan
korelasi dari karakteristik keagamaan tertentu dengan sikap sosial atau atribut
keagamaan tertentu.
6. Analisis isi
Dengan metode ini,
peneliti mencoba mencari keterangan dari tema-tema agama, baik berupa tulisan,
buku-bukukhotbah, doktrin maupun deklarasi teks, dan lainnya. Umpamanya sikap
kelompok keagamaan dianalisis dari substansi ajaran kelompok tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang dikemukakan pada pembahasan, dapat
dikemukakan beberapa poin penting sebagai kesimpulan, yaitu:
1.
Penelitian agama
bukanlah meneliti hakikat agama dalam arti wahyu, melainkan meneliti manusia
yang menghayati, meyakini, dan memperoleh pengaruh dari agama. Dengan kata
lain, penelitian agama bukan meneliti kebenaran teologi atau filosofi tetapi
bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan sistem sosial berdasarkan fakta
atau realitas sosial-kultural.
2.
Penelitian agama (research
on religious) lebih ditekankan pada aspek pemikiran (thought) dan interaksi
sosial. Pada aspek pemikiran, menggunakan metode filsafat dan ilmu-ilmu chomaniora.
Sedangkan pada aspek interaksi sosial, yakni penelitian keagamaan sebagai
produk interaksi sosial, menggunakan pendekatan sosiologi, antropologi,
historia atau sejarah sosial yang biasa berlaku dan sebagainya.
3.
Adapun model
penelitian yang ditampilkan di sini disesuaikan dengan perbedaan antara
penelitian agama dan penelitian hidup keagamaan. Pengumpulan data dan metode
yang digunakan antara lain: 1) Analisis sejarah, 2) Analisis lintas budaya, 3)
Eksperimen, 4) Observasi partisipatif, 5) Riset survey dan analisis statistik,
dan 6) Analisis isi.
4.
Penelitian keagamaan
mengandung arti upaya menemukan jawaban atas sejumlah masalah berdasarkan
data-data yang terkumpul tentang permasalahan-permasalahan keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Mukti Ali, Metode Memahami
Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991)
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005)
Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi IslamCet. X; (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008)
Didin Saefuddin Buchori, Metodologi Studi Islam (Cet. I; Bogor: Granada
Sarana Pustaka, 2005)
Djamari, Agama dalam Perspektif Sosiologi (Jakarta: Depdikbud DIKTI,
1988)
Endang
Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 1 9 (Bandung:
C.V. Pelajar. 1996)
Harun Nasution, Islam
Rasional (Bandung: Mizan, 1995)
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999)
M.
Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam;dalam Teori dan Praktek. 1998
(Pustaka Pelajar, Yogyakarta)
Masyhur
Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam dan Empirik, (Yogyakarta,
LAKPESDAM. cet. I, 1993)
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1999)
[1]Atang Abd. Hakim dan
Jaih Mubarok, Metodologi Studi IslamCet. X; (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hal. 55.
[3]Harun Nasution, Islam
Rasional (Bandung: Mizan, 1995), hal. 172
[4]Atang Abd. Hakim dan
Jaih Mubarok, op. cit., hal. 57.
[5]M. Atho
Mudzhar, Pendekatan Studi Islam;dalam Teori dan Praktek. 1998 (Pustaka
Pelajar, Yogyakarta) hal.19.
[6]Endang Saifuddin
Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 1 9 (Bandung: C.V.
Pelajar. 1996), hal.46
[7]Masyhur Amin,
Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam dan Empirik, (Yogyakarta,
LAKPESDAM. cet. I, 1993), hal. VI.
[8]M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999), h. 89.
[10]A. Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991),
hal. 37-38.
[11]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1999), hal. 782, 902.
[12]Didin Saefuddin Buchori, Metodologi Studi Islam (Cet. I; Bogor: Granada
Sarana Pustaka, 2005), hal.72
[13]Djamari, Agama dalam Perspektif Sosiologi (Jakarta: Depdikbud DIKTI,
1988), hal. 79-85.
[14]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), hal. 219.
0 Response to "Model Penelitian Keagamaan"
Posting Komentar