MAKALAH MACAM-MACAM FI’IL



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kalimah adalah suatu susunan dari beberapa huruf hijaiyah yang mempunyai arti/makna, kalimah dibagi menjadi tiga yaitu kalimah isim (kata yang menujukkan arti suatu benda yang tidak di sertai waktu dan tempat), kalimah fi’il (kata kerja) dan  kalimah huruf (kata yang tidak mampu berdiri sendiri kecuali jika dirangkai dengan kata yang lain). Jika kalimah itu di masuki ‘amil maka ada yang akan terjadi suatu perubahan pada kalimat tersebut,dan pula ada yang tetap.
Dalam bahasa Arab terdapat pula Kalimat Fi’il yaitu kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang).
i’il Madhi itu menunjukkan kata kerja di masa lampau, Fi’il Mudhari’ iitu menunjukkan kata kerja di masa sekarang atau masa yang akan datang, sedangkan Fi’il Amr itu menunjukkan kata kerja bentuk perintah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja macam-macam Fi’il?
2.      Apa pengertian Fi’il Madhi?
3.      Apa yang dimaksud Fi’il Mudhari’?
4.      Apa pengertian Fi’il Amr?
5.      Bagimana Cara membuat Fi’il Amr Tsulatsi Mujarrad?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Agar mengetahui macam-macam Fi’il
2.      Untuk mengetahui pengertian Fi’il Madhi
3.      Untuk mengetahui pengertian Fi’il Mudhari’
4.      Untuk mengetahui pengertian Fi’il Amr
5.      Dapat mengetahui Cara membuat Fi’il Amr Tsulatsi Mujarrad


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Macam-macam Fi’il
Fi’il itu ada tiga macam, yaitu fi’il madhi, fi’il mudhari’, dan fi’il amar, contoh : (نَصَرَ يَنْصُرُ اُنْصُرْ) ضَرَبَ يَضْرِبُ اِضْرِبْ.[1]
B.     Pengertian Fi’il Madhi
Fi’il madhi adalah setiap kata kerja yang menunjukkan pekerjaan yang telah terjadi di masa lampau. Dengan kata lain pekerjaan tersebut telah/sudah dilaksanakan, baik dilaksanakan baru saja, tadi, kemarin, satu bulan yang lalu, atau satu tahun yang lalu dan seterusnya.
Arti
Contoh Kalimat
Saya telah membaca buku
قَرَأْتُ الْكِتَابَ
Anak laki-laki itu telah bermain bola
لَعِبَ الْوَلَدُ الْكُرَّةَ
Azizah telah pergi ke Perpustakaan
ذَهَبَتْ عَزِيْزَةُ إِلَى الْمَكْتَبَتِ
Nabila dan Khodijah adalah mahasiswa Universitas itu. Mereka berdua telah belajar bahasa Arab
نَبِيْلَةُ وَخَادِجَةُ طَالِبَتَانِ فِيْ تِلْكَ الْجَا مٍعَةِ وَهُمَا قَدْ دَرَسَا لُغَةَ الْعَرَ بِيَّةِ
Bayi itu telah mengantuk dikAmrnya
نَعَسَ الطِفْلُ فِي حُجْرَ تِهِ

Jika diperhatikan, perubahan fi’il madhi akan terlihat berbeda diakhirnya sesuai dhamir-nya (kata ganti). Hal ini dapat digambarkan dalam table berikut:[2]
Arti
Fi’il Madhi
Dhamir
Dia laki-laki telah mendengar
سَمِعَ
هُوَ
Dia (2 orang) laki-laki telah mendengar
سَمِعَا
هُمَا
Dia (jama’) laki-laki telah mendengar
سَمِعُوا
هُمْ
Dia Perempuan telah mendengar
سَمِعَتْ
هِيَ
Dia (2 orang) perempuan telah mendengar
سَمِعَتَا
هُمَا
Dia (jama’) perempuan telah mendengar
سَمِعْنَ
هُنَّ
Kamu (laki-laki) telah mendengar
سَمِعْتَ
اَنْتَ
Kamu (2 orang laki-laki) telah mendengar
سَمِعْتُمَا
اَنْتُمَا
Kamu (jama’ laki-laki) telah mendengar
سَمِعْتُمْ
اَنْتُمْ
Kamu (Perempuan) telah mendengar
سَمِعْتِ
اَنْتِ
Kamu (2 orang Perempuan) telah mendengar
سَمِعْتُمَا
اَنْتُمَا
Kamu (jama’ perempuan) telah mendenger
سَمِعْتُنَّ
اَنتُنَّ
Saya telah mendengar
سَمِعْتُ
اَنَا
Kami/ Kita telah mendengar
سَمِعْنَا
نَحْنُ

Contoh Fi’il Madhi
Telah Memasak
Telah Mengantuk
Telah Menulis
Telah Mendengar
Dhamir
شَجُعَ
نَعَسَ
كَتَبَ
سَمِعَ
هُوَ
شَجُعَا
نَعَسَا
كَتَبَا
سَمِعَا
هُمَا
شَجُعُوا
نَعَسُوا
كَتَبُوا
سَمِعُوا
هُمْ
شَجُعَتْ
نَعَسَتْ
كَتَبَتْ
سَمِعَتْ
هِيَ
شَجُعَتَا
نَعَسَتَا
كَتَبَتَا
سَمِعَتَا
هُمَا
شَجُعْنَ
نَعَسْنَ
كَتَبْنَ
سَمِعْنَ
هُنَّ
شَجُعْتَ
نَعَسْتَ
كَتَبْتَ
سَمِعْتَ
اَنْتَ
شَجُعْتُمَا
نَعَسْتُمَا
كَتَبْتُمَا
سَمِعْتُمَا
اَنْتُمَا
شَجُعْتُمْ
نَعَسْتُمْ
كَتَبْتُمْ
سَمِعْتُمْ
اَنْتُمْ
شَجُعْتِ
نَعَسْتِ
كَتَبْتِ
سَمِعْتِ
اَنْتِ
شَجُعْتُمَا
نَعَسْتُمَا
كَتَبْتُمَا
سَمِعْتُمَا
اَنْتُمَا
شَجُعْتُنَّ
نَعَسْتُنَّ
كَتَبْتُنَّ
سَمِعْتُنَّ
اَنْتُنَّ
شَجُعْتُ
نَعَسْتُ
كَتَبْتُ
سَمِعْتُ
اَنَا
شَجُعْنَا
نَعَسْنَا
كَتَبْنَا
سَمِعْنَا
نَحْنُ

C.    Fi’il Mudhari’
Fi’il Mudhari’ adalah setiap kata kerja yang menunjukkan pekerjaan yang sedang atau akan terjadi. Dengan kata lain pekerjaan tersebut sedang dilaksanakan atau akan dilaksanakan.
Maksudnya fi’il mudhari’ itu harus selalu di rafa’ kan huruf akhirnya dan huruf awalnya harus memakai salah satu dari huruf zaidah yang empat, yaitu hamzah, nun, ya, dan ta, seperti lafazh:[3]
يَفْعَلُ
=
Dia sedang melakukan (sesuatu)
تَفْعَلُ
=
Kamu sedang melakukan (sesuatu)
أَفْعَلُ
=
Aku sedang melakukan (sesuatu)
نَفْعَلُ
=
Kami (kita) sedang melakukan (sesuatu)

Arti
Contoh Kalimat
Saya sedang/ akan membaca buku
اَقْرَأُ الْكِتَبَ
Anak laki-laki itu sedang/ akan bermain bola
يَلْعَبُ الْوَالَدُ الكُرَّةَ
Azizah sedang/ akan pergi ke Perpustakaan
تَذْهَبُ عَزِيْزَةُ إِلَىَ الْمَكْتَبَةِ
Nabila dan Khodijah sedang/ akan belajar bahasa Arab
نَبِيْلَةُ وَخَادِجَةُ طَالِبَتَانِ فِيْ تِلْكَ الْجَمِعَةِ وَهُمَا تَدْرُسَانِ لُغَةَ الْعَرَبِيَّةِ
Bayi itu sedang/ akan mengantuk di kAmrnya
يَنْعَسُ الطِفْلُ فِي حُجْرَتِهِ


Jika diperhatikan, perubahan Fi’il Mudhari’ akan terlihat berbeda-beda di akhir kata sesuai dhamir-nya (kata ganti). Perubahan pada fi’il mudhari’ akan terlihat pada huruf mudhara’ah yang digunakan di awal dan akhir fi’il nya. Adapun huruf mudhara’ah adalah 4 huruf hijaiyyah yang berbeda dalam fi’il mudhari’, huruf tersebut adalah ن dan    ا, ي, ت.[4]
Arti
Fi’il Madhi
Dhamir
Dia laki-laki sedang/ akan mendengar
يَسْمَعُ
هُوَ
Dia (2 orang) laki-laki sedang/ akan mendengar
يَسْمَعَانِ
هُمَا
Dia (jama’) laki-laki/ akan mendengar
يَسْمَعُوْنَ
هُمْ
Dia Perempuan sedang/ akan mendengar
تَسْمَعُ
هِيَ
Dia (2 orang) Perempuan sedang/ akan mendengar
تَسْمَعَانِ
هُمَا
Dia (jama’) Perempuan sedang/ akan mendengar
يَسْمَعْنَ
هُنَّ
Kamu (laki-laki) sedang/ akan mendengar
تَسْمَعُ
اَنْتَ
Kamu (2 orang laki-laki) sedang/ akan mendengar
تَسْمَعَانِ
اَنْتُمَا
Kamu (jama’ laki-laki) sedang/ akan mendengar
تَسْمَعُوْنَ
اَنْتُمْ
Kamu (perempuan) sedang/ akan mendengar
تَسْمَعِيْنَ
اَنْتِ
Kamu (2 orang Perempuan) sedang/ akan mendengar
تَسْمَعَانِ
اَنْتُمَا
Kamu (jama’ perempuan) sedang/ akan mendenger
تَسْمَعْنَ
اَنتُنَّ
Saya sedang/ akan mendengar
اَسْمَعُ
اَنَا
Kami/ Kita sedang/ akan mendengar
نَسْمَعُ
نَحْنُ

Contoh-contoh Fi’il Mudhari’
Sedang/ akan Memasak
Sedang/ akan duduk
Sedang/ akan Menulis
Sedang/ akan mendengar
Dhamir
يَطْبَخَ
يَجْلِسُ
يَكْتُبُ
يَسْمَعُ
هُوَ
يَطْبَخَانِ
يَجْلِسَانِ
يَكْتُبَانِ
يَسْمَعَانِ
هُمَا
يَطْبَخُونَ
يَجْلِسُونَ
يَكْتُبُوْنَ
يَسْمَعُوْنَ
هُمْ
تَطْبَخُ
تَجْلِسُ
تَكْتُبُ
تَسْمَعُ
هِيَ
تَطْبَخَانِ
تَجْلِسَانِ
تَكْتُبَانِ
تَسْمَعَانِ
هُمَا
يَطْبَخْنَ
تَجْلِسْنَ
يَكْتُبْنَ
يَسْمَعْنَ
هُنَّ
تَطْبَخُ
تَجْلِسُ
تَكْتُبُ
تَسْمَعُ
اَنْتَ
تَطْبَخَانِ
تَجْلِسَانِ
تَكْتُبَانِ
تَسْمَعَانِ
اَنْتُمَا
تَطْبَخُونَ
تَجْلِسُونَ
تَكْتُبُوْنَ
تَسْمَعُوْنَ
اَنْتُمْ
تَطْبَخِيْنَ
تَجْلِسِيْنَ
تَكْتُبِيْنَ
تَسْمَعيْنَ
اَنْتِ
تَطْبَخَانَ
تَجْلِسَانِ
تَكْتُبَانِ
تَسْمَعَانِ
اَنْتُمَا
تَطْبَخْنَ
تَجْلِسْنَ
تَكْتُبْنَ
تَسْمَعْنَ
اَنْتُنَّ
اَطْبَخُ
اَجْلِسُ
اَكْتُبُ
اَسْمَعُ
اَنَا
نَطْبَخُ
نَجْلِسُ
نَكْتُبُ
نَسْمَعُ
نَحْنُ

D.    Fi’il Amr
Fi’il amr atau kata kerja perintah yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintahkan agar dilakukan oleh mukhatab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah. Fi’il Amar selamanya di jazm kan (akhirnya).[5]
Perlu diingat bahwa yang menjadi fa’il (Pelaku) dari fi’il amr adalah dhamir mukhatab (lawan bicara) atau “orang kedua” sebagai orang yang diperintah untuk melakkukan pekerjaan tersebut. Dhamir mukhatab tersebut adalah: اَنْتَ, اَنْتُمْ, اَنْتُمَا, اَنْتِ, اَنْتَ
Arti
Contoh Kalimat
Pergilah (kamu laki-laki) ke masjid!
اِذْهَبْ اِلَى الْمَسْجِدِ
Beramal lah (kalian) untuk akhirat kalian!
اِعْمَلَا لِأَخِرَتِكُمَا
Sayangilah (kamu perempuan) ibumu!
أَخِبِّي أُمِّكَ
Bacalah (kalian laki-laki) buku ini!
اِقْرَئُوا هَذَا الْكِتَابَ
Duduklah (Kamu laki-laki) wahai saudaraku!
اِجْلِسْ يَاأَخِيْ

E.     Cara membuat Fi’il Amr Tsulatsi Mujarrad
Cara membuat fi’il amr bagi fi’il yang asli tiga huruf ialah berpedoman kepada fi’il mudhari’-nya dengan ketetuan sebagai berikut:[6]
1.      Huruf ya (ي) mudhara’ah yang terletak di awal fi’il diganti dengan alif (أ). Adapun harakat (tanda baca alif ini memiliki beberapa ketentuan: 1) apabila huruf kedua terakhir fi’il ber-harakat dhammah, maka alif ber-harakat dhammah, dan 2) apabila huruf kedua terakhir fi’il ber-harakat kasrah dan fathah, maka alif ber-harakat kasarah.
Contoh:
Fi’il Amr
Fi’il Mudhari’
Fi’il Madhi
اُكْتُبْ
يَكْتُبُ
كَتَبَ
اِجْلِسْ
يَجْلِسُ
جَلَسَ
اِذْهَبْ
يَذْهَبُ
ذَهَبَ

2.      Apabila setelah huruf ya’ (ي) mudhara’ah adalah huruf hijaiyyah yang ber-harakat baik kasrah, fathah atau dhammah, untuk merubahnya menjadi fi’il amr huruf ya’ dihapus tanpa diganti dengan alif, serta huruf ‘illat (أ – و - ي) yang ada pada fi’il mudhari’ juga dihapus.
Contoh:
Fi’il Amr
Fi’il Mudhari’
Fi’il Madhi
قُلْ
يَقُوْلُ
قَالَ
نَمْ
يَنَامُ
نَامَ

3.      Apabila setelah dibuang ya Mudhara’ahnya huruf pertamanya merupakan hamzah yang berharokat sukun, maka dapat mengikuti cara pertama atau mengikuti cara kedua dengan menghilangkan hamzah yang berharokat sukun.
Contoh:
Fi’il Amr
Fi’il Mudhari’
Fi’il Madhi
كُلْ
يَأْكُلُ
أَكُوْلُ
أُأْمُرْ / مُرْ
يَأْمُرُ
أَمَرَ

Perhatikan contoh-contoh dengan seksama:
Fi’il Amr
Fi’il Mudhari’
Fi’il Madhi
Dhamir
-
يَكْتُبُ
كَتَبَ
هُوَ
-
يَكْتُبَانِ
كَتَبَا
هُمَا
-
يَكْتُبُوْنَ
كَتَبُوْا
هُمْ
-
تَكْتُبُ
كَتَبَتْ
هِيَ
-
تَكْتُبَانِ
كَتَبَتَا
هُمَا
-
يَكْتُبْنَ
كَتَبْنَ
هُنَّ
اَكْتُبْ
تَكْتُبُ
كَتَبْتَ
اَنْتَ
اُكْتُبَا
تَكْتُبَانِ
كَتَبْتُمَا
اَنْتُمَا
اُكْتُبُوا
تَكْتُبُوْنَ
كَتَبْتُمْ
اَنْتُمْ
اُكْتُبِيْ
تَكْتُبِيْنَ
كَتَبْتِ
اَنْتِ
اُكْتُبَا
تَكْتُبَانِ
كَتَبْتُمَا
اَنْتُمَا
اُكْتُبْنَ
تَكْتُبْنَ
كَتَبْتُنَّ
اَنْتُنَّ
-
اَكْتُبُ
كَتَبْتُ
اَنَا
-
نَكْتُبُ
كَتَبْنَا
نَحْنُ

Berdasarkan contoh diatas dapat dipahami bahwa ketentuan-ketentuan berikut:
1.      Fi’il amr ber-dhamir اَنْتَ huruf akhir fi’il di-harakt-i dengan sukun (ْ).
2.      Fi’il amr ber-dhamir اَنْتِ huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan kasrah dan ditambahi huruf ya’ sukun (يْ).
3.      Fi’il amr ber-dhamir اَنْتُمَا huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan fathah dan ditambahi dengan alif (ا).
4.      Fi’il amr ber-dhamir  اَنْتُمْ huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan dhammah dan ditambahi dengan waw sukun (وْ).
5.      Fi’il amr ber-dhamir اَنْتُنَّ huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan sukun dan ditambahi huruf nun ber-harakat fathah (نَ).[7]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Fi’il madhi adalah lafazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang telah berlalu dan selesai. Alamatnya ialah, sering dimasuki ta tanits yang di sukun-kan.
2.      Fi’il Mudhari’ adalah setiap kata kerja yang menunjukkan pekerjaan yang sedang atau akan terjadi.
3.      Fi’il amr atau kata kerja perintah yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintahkan agar dilakukan oleh mukhatab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.




 DAFTAR PUSTAKA


Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut Penjelasannya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), Cetakan ketiga puluh dua

Nawang Wulandari, Belajar Bahasa Arab Asyik dan Menyenangkan 2, (Metro: CV. Laduni Alifatama, 2018), Cetakan Kedua




[1] Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut Penjelasannya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), Cetakan ketiga puluh dua, hal.55
[2] Nawang Wulandari, Belajar Bahasa Arab Asyik dan Menyenangkan 2, (Metro: CV. Laduni Alifatama, 2018), Cetakan Kedua, hal. 9
[3] Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut Penjelasannya, hal. 59
[4] Nawang Wulandari, Belajar Bahasa Arab Asyik dan Menyenangkan 2,hal. 15
[5] Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut Penjelasannya, hal. 57
[6] Ibid.,hal. 21
[7] Ibid., hal. 26

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "MAKALAH MACAM-MACAM FI’IL"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel